Senin, 19 Desember 2016

Indonesia Bangun Pabrik Propelan











PT Dahana (Persero) tengah menggarap proyek ambisius. BUMN produsen bahan peledak dan senjata tersebut sedang membangun pabrik komponen rudal dan roket pertama serta terbesar di Asia.

Pabrik akan dibangun di atas lahan seluas lima hektar. Lokasinya di Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Senior Manager Pengelola Aset PT Dahana, Andri Pugiantoro mengatakan, pembangunan pabrik propelan (bahan kimia) tersebut ditargetkan harus selesai dalam kurun waktu selama 3 tahun ke depan.

"Jika pabrik ini sudah selesai, maka akan mampu memproduksi hingga 800 ton Propelan per tahun," ujar Andri, Jumat (16/12).

"Ini pertama di Asia, dan baru ada di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Subang, yang diharapakan pembangunan pabriknya ini bisa selesai sesuai dengan target," lanjut dia.

Seperti diketahui, propelan merupakan sejenis bahan kimia yang digunakan untuk komponen pembuatan rudal dan roket.

Dijelaskannya, selama ini Indonesia selalu mendatangkan propelan untuk bahan baku rudal dan roket dari luar negeri, tetapi ke depan, Indonesia sudah bisa memproduksi sendiri, sehingga akan mendatangkan devisa negara, apalagi bahan bakunya 60 persen ada di Indonesia.

"Propelan sendiri terdiri dari senyawa fuel, oksidator, dan adiktif. Proses pengayaan senyawa tersebut menghasilkan propelan base, dengan fuel, dan oksidator, yang terpadu dalam satu senyawa kimia, seperti nitroselulosa, nitrogliserin dan nitroguaridin, yang menjadi bahan baku rudal dan roket," imbuhnya.

Andri menegaskan, sebelum pabrik Propelan dibangun, pihaknya terlebih dahulu sudah membangun pabrik Nitro Gloserin (NG), dan pabrik Nitro celullose (NC), yang menjadi bahan utama pembuatan propelan di kawasan Energetic Material Center (EMC). Adapun dana investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik Propelan tersebut diperkirakan lebih dari Rp 5 triliun.

"Paling sedikit kita butuh dana Rp 5 triliun. Dan kemungkinan besar lebih dari itu," pungkasnya.

Senin, 05 Desember 2016

[Video] Penembakan MLRS Kostrad


Pada video dibawah, latihan penembakan beberapa roket dilakukan Yon Armed 10 Kostrad dengan menggunakan alutsista terbarunya dari Brasil di wilayah Kebumen.

Video diambil dari Youtube :


Sabtu, 03 Desember 2016

KRI Fatahillah-361 Lebih Modern dan Canggih ⚓ Selesai perbaharui sistem alutsista dan kapal




PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) telah merampungkan modernisasi KRI Fatahillah-361, yang adalah kapal perang jenis perusak kawal berpeluru kendali yang memiliki bobot 1.450 ton pesanan Kementerian Pertahanan.

“Alhamdulillah, kami bisa merampungkan pesanan secara tepat waktu dan tidak sampai dua tahun, bahkan lebih awal. Modernisasi ini adalah kali pertama dilakukan Kemenhan untuk jenis kapal perang,” kata Direktur Utama PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), Imam Sulistiyanto, saat penyerahan kapal kepada Kementerian Pertahanan, di galangan kapal Tanjung Perak, Surabaya, Jumat.

Ia mengatakan, KRI Fatahillah-361 merupakan kapal perang buatan Belanda pada 1973, yang saat ini telah memiliki teknologi dan persenjataan terbaru dan modern.

“Daya tempur KRI Fatahillah-361 saat ini sama dengan kapal modern, yakni memiliki command management system, di antaranya sistem pendorong, yang kami perbaiki dengan kerja sama Ultra dari Inggris,” katanya.

Bahkan, kata Sulistyanto, beberapa persenjataan atau peluru kendali kapal perang dengan dua sumbu baling-baling yang masing-masing berkekuatan 8.000 bhp itu sudah diuji coba tembakan, dengan hasil keseluruhan tembakan tepat sasaran.

KRI Fatahillah-361 dilengkapi senjata modern, di antaranya radar Decca AC 1229, pemandu tembakan signal, surface search, dan signal DA 05.


KRI Fatahillah 361 kepada TNI AL setelah menjalani MLU. [IMF]

“KRI Fatahillah-361 yang awal komponenya sekitar 80 persen tidak terpakai itu, kini memiliki sistem sonar yang menggunakan signal PHS 32 (Hull Mounted), dan sistem pengecoh yang menggunakan 2 Knewbworth Corvus 3 – tubed launchers dan 1 T-Mk 6 torpedo decoy,” katanya.

Selain memiliki persenjataan canggih, kapal berkapasitas 82 awak kapal itu juga memiliki lambung kapal yang dikerjakan sendiri oleh anak bangsa, dan dilengkapi interior kapal modern.

Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda TNI Leonardi, yang mengikuti serah terima dan modernisasi KRI Fatahillah-361 mengatakan, kontrak kerja dengan PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) juga usaha memajukan indusri pertahanan dalam negeri.

“Perbaikan atau pemeliharaan harus sesuai nafas UU yakni dilakukan dalam negeri, dan untuk kandungan lokalnya juga harus didorong dari dalam negeri, meski soal mesin kita belum semua bisa,” katanya.

Ia berharap, proyek modernisasi KRI Fatahillah-361 yang dilakukan kali pertama ini menjadi gambaran dan acuan, sehingga ke depan industri pertahanan bisa lebih cepat dalam proses pengerjaan atau manajemen proyeknya dan mandiri.

“Paling tidak rampungnya KRI Fatahillah-316 ini sudah harus ada gambaran bagiaman mekanisme bekerjanya, dan ke depan bisa dipercepat untuk kemajuan industri pertahanan nasional,” katanya.

10 Jet Tempur Akan Perkuat TNI AU Tahun 2017


Pertahanan udara Indonesia bakal diperkuat dengan datangnya 10 pesawat tempur, tahun depan. Tidak hanya itu, TNI AU juga berencana menambah kekuatan tempur udara lainnya seperti penangkal serangan udara. Hal ini dikatakan Kepala Staf Angkata Udara Marsekal Agus Supriatna ketika menutup latihan bersama Elang Indopura ke-19 di Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Kamis (1/1/2016).


“Penambahan (pesawat) sudah ada. Sesuai rencana bakal datang tahun depan ke Indonesia,” kata Agus, tanpa menyebut apa jenis pesawat yang dimaksud.
Dia menyatakan, 10 pesawat tersebut bakal datang ke Indonesia secara bertahap, hampir sama dengan kedatangan pesawat-pesawat tempur sebelumnya.



“Sistemnya masih sama, yakni datang secara bergilir lima pesawat. 10 pesawat akan datang,” jelasnya kepada wartawan di Pekanbaru.
Selain itu, dia juga menyebut rencana penambahan kekuatan baru yang telah diajukan ke Kementerian Pertahanan, di antaranya penangkal serangan udara.
“Sudah masuk rencana strategis kita di Kementerian Pertahanan. Sekarang lagi dikaji dan evaluasi oleh kementerian,” tegas Agus.



Dia menjelaskan, pengembangan Alutsista TNI harus diajukan kepada Kementerian Pertahanan. TNI hanya mengajukan setiap alat tempur yang diinginkan.
“Pengembangan alutsista dan lainnya itu semua di sana (Kementerian Pertahanan). Kita hanya mengirimkan spectectnya. Mudah-mudahan sesuai (keinginan),” kata dia.
Sebelumnya, Indonesia disebut berencana membeli 10 jet tempur jenis Su-35 buatan Rusia. Rencana ini bakal menambah jenis pesawat tempur Negeri Beruang di Indonesia karena sudah dimiliki 11 Su-30 dan lima Su-27. Su-35 merupakan jet tempur dengan teknologi terkini yang lebih unggul dari jet-jet tempur sekelasnya. Pembelian ini menjadi suatu bagian rencana strategis.


Jet-jet tempur canggih buatan Rusia itu akan menggantikan skuadron jet tempur F-5 buatan Amerika.

Jumat, 02 Desember 2016

Buk M3, Sistem Rudal Pertahanan Udara Jarak Menengah Yang Mematikan






Buk M3 (beech) merupakan rudal baru sistem pertahanan udara Rusia yang memiliki komponen elektronik yang canggih. kemampuan rudal jauh lebih baik dari Buk . bahkan jarak jangkaunya lebih jauh dari sistem pertahanan udara yang sudah sepuh seperti S-300P.


Program Pengembangan Buk M3 dimulai pada 1990 silam. Proses pembangunannya sempat tertunda. Namun kini sistem pertahanan udara baru itu telah diuji oleh angkatan bersenjata Rusia dan masih dalam tahap produksi. Pejabat militer Rusia menyatakan, bahwa operasional pertama sistem Buk M3 telah diterima Angkatan Darat Rusia pada tahun 2016, jumlah pastinya tidak diketahui karna Rusia juga sedang mengembangkan Rudal pengganti yang lebih modern.




Sistem pertahanan udara ini juga dapat dipasang di pesawat taktis dan strategis, helikopter, misil balistik jarak pendek, rudal jelajah, misil berpeluncur udara, misil anti-radiasi, bom terpadu, serta kendaraan aerodinamis lainnya. Ia juga bisa beroperasi di tengah gangguan elektronik yang dilancarkan musuh.


Sebuah kendaraan Buk M3 TELAR dilengkapi dengan radar, peluncur dan erector rudal, serta sistem identifikasi kawan atau musuh. BUK M3 diawaki oleh 4 awak. TELAR pada BUK M3 membawa pod dengan 6 rudal kemas, seperti S-300 versi mini / lebih kecil Juga perbaikan yang sangat signifikan dari sistem Buk tua, yang hanya dapat membawa 4 rudal.


Radar dari Buk M2E TERAL mencari target, melacaknya dan menuntun rudal pada target. Sistem ini sudah mencapai generasi ketiga dari kontrol tembak radar array. Ada juga kendaraan lapis baja TEL yang tidak memiliki radar, tapi membawa 2 pod dengan total 12 rudal. data akurasi tembak diperoleh dari kendaraan Buk M3 TELAR, atau kendaraan pos komando . Pada dasarnya kendaraan peluncur yang unik ini bertindak sebagai kekuatan multiplifier dengan menggunakan konsep serupa pada sistem Buk yang lawas. Namun TELAR menggunakan sistem reload pada kendaraan, yang bisa meluncurkan rudal sendiri, tidak seperti TEL yang terpisah.





Buk-M3 menggunakan misil baru 9M317M dan dari segi desain memiliki bentuk yang berbeda jauh dari misil Buk. Sistem ini lebih padat daripada Buk-M1 dan M2. Misil baru memiliki jangkauan hingga 70 km dengan ketinggian maksimum 35 km serta jarak tembak minimum 2,5 km dan ketinggian minimum adalah sekitar 15 meter. rudal ini dilengkapi dengan hulu ledak fragmentasi yang berdaya ledak tinggi. Dalam keadaan darurat rudal dapat diluncurkan terhadap sasaran permukaan kontras, seperti kapal.


Sumber : Army Recognition, Info Militer Dunia

Indonesia Akan Akuisisi Helikopter Mi-26




Sebuah delegasi dari Kementerian Pertahanan Indonesia telah menyelesaikan kunjungannya ke Rusia untuk membahas pengadaan helikopter Mi-26 untuk Angkatan Darat Indonesia (TNI-AD). Hal itu diungkapkan kepada IHS Jane pada tanggal 1 Desember 2016 oleh sumber dari Kementerian Pertahanan, dan laporan dari seorang pejabat PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Dalam kunjungan itu juga dibahas offset pertahanan, pengaturan transfer teknologi, dan bagaimana perusahaan lokal Indonesia dapat memperoleh manfaat dari akuisisi ini. PTDI diusulkan sebagai fasilitas pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul (MRO) untuk platform Mi-26, jika akuisisi ini disetujui oleh pemerintah Indonesia. [IHS Jane]

Garuda Militer

Tanggapi Latihan Rudal Ukraina, Rusia Kerahkan Kapal Perang


Rusia menanggapi serius latihan penembakan rudal Ukraina dengan mengirimkan kapal perang  dari Armada Laut Hitam. Kekuatn  sudah mengambil tempat di barat garis pantai Crimea untuk memperkuat pertahanan udara semenanjung tersebut.
Kiev memulai uji dua hari peluru kendali pada Kamis 1 Desember 2016, yang membuat Rusia geram, dengan memasang pasukan pertahanan udaranya pada tingkat bahaya dengan berharap uji itu tidak mengganggu penerbangan internasional.
“Kapal perang dari Armada Laut Hitam sudah berada di dekat pantai barat Crimea selama uji peluru kendali, yang dijadwalkan Ukraina sejak satu hingga dua Desember,” kata sumber militer kepada Kantor Berita Rusia RIA Novosti Kamis.
“Satuan kapal pertahanan udara sudah disiagakan dalam tingkat bahaya tertinggi. Perlengkapan mereka dirancang agar secara cepat mampu menembak peluru kendali antikapal dan jelajah. Bersama dengan pertahanan udara di darat, yang ada di tanjung itu, kapal tersebut menjadi tameng, yang tidak bisa ditembus roket musuh,” kata nara sumber itu menambahkan.
Pejabat militer Ukraina, Vladimir Krizhanovsky, sebelumnya mengatakan kepada saluran televisi 112 bahwa latihan itu sudah dimulai dan semuanya berjalan dengan mulus. “Uji coba itu dilaksanakan sesuai dengan hukum internasional,” kata Krizhanovsky.
Dia mengatakan uji coba tersebut dilaksanakan setidaknya 30 kilometer dari ruang udara Crimea. “Oleh karenanya itu adalah sikap yang salah jika mencela Ukraina,” katanya menegaskan.
Rusia merebut Crimea dari Ukraina pada tahun 2014, yang dipandang Ukraina dan sebagian besar komunitas internasional sebagai perampasan ilegal pada tahun 2014 setelah munculnya protes masyarakat yang menggulingkan Presiden Ukraina yang pro-Rusia.
Pihak Ukraina mengatakan uji coba yang berlangsung di Selatan wilayah Kherson dan berbatasan dengan Crimea itu, merupakan tindakan sah akan dilakukan sesuai kerangka kerja kewajiban dan perjanjian internasional.
“Kami akan terus meningkatkan kemampuan pertahanan negara kami dan melanjutkan uji peluru kendali serta pelatihannya,” kata Sekretaris Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional, Oleksander Turchynov, Rabu.