Angkatan Bersenjata Singapura (SAF) telah memulai tes lokal dari sistem aerostat yakni balon udara sepanjang 55 m dan ditambatkan untuk meningkatkan cakupan radar udara dan pengawasan maritim mereka.
Sistem ini dapat mendeteksi ancaman udara dan lewat laut pada jarak hingga 200 km dan akan dioperasikan oleh Angkatan Udara Singapura (RSAF) di Choa Chu Kang Camp, yang terletak di bagian barat pulau.
Aerostat dioperasikan oleh delapan personel awak darat dan memiliki ketinggian operasi maksimum 2.000 ft (600 m). Sistem terdiri dari pesawat helium, kabel tali yang terbuat dari Kevlar, stasiun mooring, sistem winch berkekuatan tinggi, dan sensor yang dirahasiakan.
Sistem yang awalnya direncanakan akan dilantik tahun 2015, ini diresmikan dalam sebuah acara media pada 29 November bersamaan dengan kunjungan Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen ke situs penyebaran aerostat ini.
Berbicara kepada wartawan di sela-sela kunjungannya, Ng menggambarkan aerostat sebagai sistem yang akan melengkapai jaringan radar darat dan sensor udara untuk melalukan pengawasan udara dan maritim.
“Semua dari kita mengakui bahwa Singapura adalah sebuah pulau yang sangat kecil, dan itu membuat kita sangat rentan terhadap ancaman baik dari udara atau laut,” kata Ng sebagaimana dikutip IHS Jane.
“Fakta bahwa kita memiliki [sistem aerostat] menambahkan lapisan pertahanan, dan keyakinan dalam mendeteksi ancaman udara dan maritim,” tambahnya.
Keberadaan aerostat ini jelas akan semakin memudahkan Singapura untuk mengintip apa yang terjadi di udara dan perairan Indonesia. Keberadaan skuadron 16 Pekanbaru yang diperkuat F-16 akan lebih mudah dideteksi oleh Singapura.
Pada 2014 lalum Kepala Staf TNI-AU, Marsekal IB Putu Dunia kala itu mengakui kenyataan radar ini bisa mendeteksi ancaman hingga sejauh 200 kilometer, atau dua kali lipat radar darat yang dimiliki kini, sehingga bisa mendeteksi pergerakan pesawat di Semenanjung Malaka bahkan kapal kecil sekalipun yang berlayar dari Kota Pekanbaru di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar