Selasa, 01 Juli 2014

KOREA SELATAN JUGA BANGUN DRONE SILUMAN




Di ujung pantai selatan dari negara KoreaSelatan terletak sebuah fasilitas yang luasnya sekitar tiga kali lapangan sepak bola. Di tempat inilah ratusan insinyur Korea Aerospace Industries ‘sedang sibuk memproduksi pesawat dan helikopter andalannya untuk memenuhi tenggat waktu pengiriman .
KAI membuat jet tempur FA-50, pesawat latih dan serang supersonik T-50, helikopter Surion dan sekarang berusaha untuk memperluas portofolio untuk mengakomodasi Pembuat pesawat Korea Selatan yang berusaha mengembangkan generasi berikutnya dari pesawat tak berawak. KAI yakin drone, dengan kemampuan siluman serta dogfight itu dapat memberikan dukungan kepada angkatan bersenjata untuk menghadapi ancaman konvensional yg tumbuh di mana musuh akan sulit untuk mendeteksi dan terlibat.
“Telah dikatakan bahwa F-35 Joint Strike Fighter akan menjadi pesawat berawak terakhir [untuk dikembangkan dan disebarkan],” kata Lee Dong-shin, wakil presiden manajemen KAI Senin 30 Juni 2014. “Drones akan muncul sebagai pesawat generasi keenam.”
KAI saat ini sedang mengembangkan UAV untuk Angkatan Darat yang akan memiliki kemampuan lebih dari UAV yang pertama yakni Night Intruder yang telah beroperasi sejak tahun 2000. Meskipun hanya ada di konsep, seorang pejabat KAI mengatakan akan mengembangkan UAV “Kamikaze”, di mana pesawat tak berawak itu juga sebuah rudal dengan GPS dan sistem kamera yang dapat melacak dan mendapatkan target sulit terutama yg tersembunyi di gua-gua. “Itu bisa, misalnya, digunakan bila menargetkan artileri Korea Utara yang disamarkan dalam gua,” kata pejabat itu.
Dengan kemajuan teknologi, UAV akan berguna untuk pengintaian dan pengawasan di zona-zona bahaya, seperti yang dapat dilihat dari peningkatan penggunaan oleh AS dalam beberapa tahun terakhir.
Mereka tidak hanya mengurangi risiko korban , tetapi juga akan mencapai jarak lebih lama dari misi rahasia dengan biaya yg efisien. “Mereka secara substansial biayanya lebih murah daripada pesawat berawak, dan mereka memiliki waktu penerbangan lebih lama dan radius yang lebih jauh,” kataRichard A. Muller, ilmuwan senior di Lawrence Berkeley Laboratory. “Salah satu tantangan untuk masalah pertahanan adalah penggunaan mesin ringan jarak jauh .”

Sumber : Jejaktapak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar