Selasa, 01 Juli 2014

Ukraina Nyatakan Perang Lagi dengan Separatis Pro-Rusia


KIEV - Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, mengatakan pemerintah mengerahkan pasukan besar-besaran untuk memperbarui operasi militer. Menurutnya, batas waktu gencatan senjata sudah habis dan saatnya berperang melawan separatis pro-Rusia untuk membebaskan Tanah Air-nya.

Keputusan itu diambil tak lama setelah Poroshenko melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, serta pemimpin Jerman dan Prancis. Poroshenko menyalahkan kubu separatis pro-Rusia yang gagal menjaga gencatan senjata.

”Kami akan menyerang dan membebaskan tanah kami. Keputusan untuk tidak melanjutkan gencatan senjata adalah jawaban kami untuk teroris, militan dan perampok,” katanya dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi Ukraina.

”Kesempatan yang unik untuk melaksanakan rencana perdamaian tidak direalisasikan. Hal itu terjadi karena tindakan pidana para militan. Mereka secara terbuka menyatakan keengganan untuk mendukung  rencana perdamaian secara keseluruhan, dan khususnya gencatan senjata,” lanjut Poroshenko, seperti dikutip Reuters, Selasa (1/7/2014).

Kementerian Luar Negeri Ukraina, kemarin, mengkonfirmasi bahwa 27 pasukan Ukraina tewas sejak gencatan senjata dimulai pada 20 Juni 2014. Gencatan senjata resmi berakhir pada pukul 22.00 waktu Ukraina semalam.

Menjelang pengumuman dimulainya operasi militer terbaru, Poroshenko bertemu dengan kepala keamanan Ukraina untuk membahas kerugian militer setelah melakukan gencatan senjata dengan kubu separatis pro-Rusia.

Dia khawatir, gencatan senjata itu justru dimanfaatkan kelompok separatis pro-Rusia untuk menggalang kekuatan dan senjata.



Perang, Rakyat Ukraina Timur Berlindung di Bunker Soviet



LUHANSK - Di tengah perang sengit antara pasukan Kiev dan pasukan pertahanan diri atau separatis pro-Rusia di Ukraina timur, sejumlah warga sipil ketakutan. Mereka memilih lari dan bersembunyi di bunker yang dibangun di era Uni Soviet.  
Bunker itu dibangun untuk dijadikan tempat penampungan bom pasukan Soviet saat Perang Dingin. Banyak warga di Luhanks, dan kota lain di Ukraina timur bersembunyi di bunker itu untuk menghindari serangan udara dan tembakan artileri dari kedua kubu yang berperang. 

”Mereka terus membom kita. Itulah sebabnya kami berada di sini. Ini adalah bunker bom kami. Lihatlah,” kata Vadim Streltsov, warga Luhansk, kepada Russia Today, semalam (30/6/2014).  Streltsov menjadi sukarelawan yang bekerja untuk membersihkan bunker yang dibangun saat Ukraina masih menjadi bagian dari Uni Soviet.

”Seperti yang Anda lihat, infrastruktur hancur, jadi kita mengambil yang paling penting sebagai langkah pertama untuk memperbaikinya, dan memungkinkan orang untuk berlindung di sini,” ujarnya.

Menurut warga Luhansk, bunker itu bisa jadi andalan untuk menyelematkan nyawa mereka, ketika pasukan Ukraina melakukan serangan di berbagai kota, termasuk Luhansk. 

”Di sini kita punya tempat tidur, dan kami juga telah minum air 500 liter di sini dan di ruangan lain. Anda dapat dengan mudah tinggal di sini, setidaknya satu minggu,” kata Vitaly Dubinin, warga Luhansk.

Saat wawancara dengan media berlangsung, terdengar suara tembakan, meski jaraknya tidak terlalu dekat dengan bunker. Seorang anak kecil, Vadim Nastya, menyaksikan pemboman dan ledakan hampir setiap hari di Luhansk.

”Langit menyala dengan ledakan ketika kami berjalan pulang melalui lapangan. Lalu ada sirine dan semua orang mulai melarikan diri. Itu menakutkan,” ujarnya menggambarkan situasi di kotanya. 



Perang Dimulai, Ukraina Timur Hujan Mortir


DONETSK - Beberapa jam setelah operasi militer untuk memerangi separatis pro-Rusia diumumkan Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, wilayah Ukraina timur mencekam. Tembakan dan hujan mortir terdengar di malam hari.

”Kami akan menyerang dan akan membebaskan tanah kami,” kata Poroshenko, mengumumkan berakhirnya gencatan senjata dan perang terbaru dengan separatis pro-Rusia

Penembakan dilaporkan terjadi di Kota Kramatorsk, wilayah Donetsk, Ukraina timur. ”Penembakan dimulai pukul 22.25 waktu setempat,” kata fotografer Amerika Serikat, Patrick Lancaster kepadaRussia Today melalui melalui telepon dari Kramatorsk semalam, yang dilansir Selasa (1/7/2014).

”Kami berada di ruang bawah tanah Hotel Kramatorsk. Sekitar dua jam lalu, mortir menghujam di tengah kota. Setiap gelombang berlangsung di mana saja, antara lima sampai 20 menit, dan ada tiga gelombang yang berbeda untuk penembakan  mortir,” katanya.

“Saya tidak memiliki informasi langsung apapun tentang korban luka atau yang terbunuh, tapi ada begitu banyak ledakan yang saya pikir ada sejumlah korban,” lanjut dia.

Menurut sumber Itar-Tass, serangan oleh pasukan Ukraina mulai dimulai sesaat setelah pengumuman berakhirnya gencatan senjata disampaikan. Namun, militer Ukraina mengklaim serangan itu diluncurkan oleh kelompok separatis pro-Rusia dan menewaskan beberapa pasukan Ukraina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar