Rabu, 18 Juni 2014

AGRESIFITAS CHINA JUGA GESER STRATEGI PERTAHANAN INDONESIA



Agresifitas China di Laut China Selatan memaksa sejumlah negara mengatur ulang strategi pertahanan militernya. Belanja militer negara-negara di wilayah ini juga hampir semuanya meninggat.
Indonesia, meski belum terlibat secara langsung juga mulai bergerak menuju strategi yang mengacu kondisi terkini kawasan laut yang sangat penting bagi perdagangan dunia itu. Dan apa yang dilakukan militer Indonesia tidak lepas dari pantauan kaca mata internasional. Bagaimana negara lain melihat strategi pertahanan Indonesia?
Sebuah artikel di Bloomberg pada akhir Mei 2014 membahas masalah tersebut. Sejumlah pakar pertahanan memandang Indonesia secara pasti melakukan sejumlah pergeseran kekuatannya.
Dalam artikel itu disebutkan setelah bertahun-tahun militer Indonesia lebih berkonsentrasi pada ancaman separatis dari dalam negeri, negara kepulauan yang panjangnya sama dengan bentangan wilayah dari New York ke Alaska ini mulai berencana untuk menyebarkan helikopter serangnya ke pulau-pulau yang berhadapan dengan Laut Cina Selatan. Selain itu TNI juga memperluas kekuatan angkatan laut.
Menjelang pergantian presiden ini,TNI juga berkali-kali mengatakan harapannya bahwa siapapun yang menjadi presiden tidak akan melakukan pemotongan anggaran. Bahkan dia berharap anggaran dinaikkan.
Pergeseran strategi harus segera dilakukan mengingat China kian aktif. Berbagai upaya untuk menyelesaikan masalah wilayah selalu menemui jalan buntu. China makin berhadap-hadapan dengan Filipina dan Vietnam.
“Sekarang ini Indonesia fokus dalam peningkatan pengeluaran pertahanan untuk menghadapi ancaman eksternal,” kata Tim Huxley, Direktur Eksekutif International Institute for Strategic Studies di Singapura.
“Ada kekhawatiran dari perspektif Indonesia bahwa Laut China Selatan akan menjadi sebuah danau yang dikuasai China dan akhirnya menganggu perdagangan. Indonesia berprinsip kebebasan pelayaran di daerah itu harus dipertahankan. Itu mempengaruhi belanja pertahanan Indonesia dan pengadaan,” katanya.
Indonesia juga terus berusaha untukmencapai kekuatan minimum esensial, atau MEF, pada tahun 2029. Caranya dengan menambah tank, kapal selam, helikopter dan jet tempur. Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan dalam sebuah wawancara di Jakarta mengatakan untuk mencapai MEF, pemerintah sedang berusaha untuk mencapai kekuatan dengan 274 kapal Angkatan Laut, 10 skuadron tempur dan 12 kapal selam diesel-listrik baru.
“Kami menjadi bagian yang harus menjaga stabilitas regional dan perdamaian dan mempertahankan diri sehingga kita harus harus memiliki kekuatan yang mendukung bahwa kekuatan regional,” kata Sjamsoeddin.
Indonesia dinilai terus berusaha untuk berada di luar konflik dengan China atau negara-negara yang terlibat. Negara ini memang tidak ikut mengklaim wilayah yang disengketakan. Hanya saja dalam beberapa bulan terakhir China memaksa Indonesia untuk masuk dengan membuat garis putus-putus yang menyinggung zona ekonomi eksklusif Indonesia.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan dalam sebuah wawancara pada April bahwa Indonesia akan meminta penjelasn ke China mengenai hal tersebut dan juga meminta PBB untuk membantu pembicaraan tersebut.
Laksamana Fahru Zaini, Asisten Deputi Menhankam mengatakan pada Maret bahwa peta China adalah bentuk kesewenang-wenangan China karena berpotensi mengklaim perairan di Kepulauan Natuna, Riau”Sengketa ini akan memiliki dampak besar pada keamanan perairan Natuna,” katanya.
17.000 Pulau
Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau dan membentang di 5.300 kilometer (3.293 mil) dari timur ke barat. Selat Malaka yang berada antara Indonesia dan Malaysia merupakan jalur pelayaran penting yang menghubungkan perekonomian negara-negara seperti India, China dan Jepang.
“Ini adalah negara terbesar di Asia Tenggara dan mereka (Indonesia) tentu ingin bisa bermain sesuai peran yang sesuai,” kata Richard Bitzinger, Dosen Senior di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura.”Dan peran itu tidak akan didapatkan kecuali Indonesia mengembangkan militer modern yang cukup besar,” tambahnya.
Menurut Stockholm International Peace Research Institute pengeluaran militer Indonesia meningkat menjadi Rp81 triliaun pada 2013 dari Rp 72,94 triliun pada tahun 2012 Tetapi semua paham anggaran pertahanan China akan naik 12,2 persen tahun ini menjadi sekitar 129 miliar Dollar Amerika. Presiden Xi Jinping juga telah berhasil membangun kekuatan militer laut mereka untuk mendukung klaim di Laut China Selatan. Dan Indonesia meski sebuah negara martim, pemerintah berusaha membangun kekuatan seimbang antara darat, laut dan udara.
Safrie Sjamsoeddin mengatakan dalam wawancara Maret, sebagai “Akhirnya semua pertempuran berakhir di darat.” Hal inilah yang kemudian mendorong Indonesia juga harus menambah kekuatan di sektor ini. Termasuk di antaranya tank-tank berat.
Indonesia memang tidak masuk dalam perlombaan senjata dan hanya menghabiskan kurang dari 1 persen dari produk domestik bruto pada pertahanan. Padahal di negara-negara ASEAN angkanya mencapai 3-4 persen, kata Sjamsoeddin. Jika negara-negara di wilayah ini memiliki tank berat maka Indonesia juga harus memiliki tank berat. Sementara beberapa peralatan militer jenis ini sudah cukup tua.
Kepulauan NatunaIndonesia akan mengerahkan empat helikopter serang Apache ke Kepulauan Natuna, IHS Jane melaporkan di situsnya pada bulan Maret, mengutip Jenderal Budiman, kepala tentara staf, sebagai tindakan prefentif terhadap ketidakstabilan di Laut Cina Selatan.
”Angkatan bersenjata Indonesia juga memperkuat kehadiran militer mereka di Kepulauan Natuna, termasuk mempersiapkan fasilitas di Kepulauan Natuna untuk mengakomodasi jet tempur,” kata Ian Storey, dari Institut Studi Asia Tenggara di Singapura.
“Selama dekade pertama abad ini mereka fokus pada memerangi ancaman internal, yaitu separatisme dan terorisme,” kata Storey. “Tapi mereka sudah berhasil di sisi itu dan saya pikir sekarang mereka lebih fokus ke arah luar, dengan fokus pada ancaman dari luar.”
Seberapa jauh Indonesia lebih maju lagi dalam soal militer, khususnya terkait Laut China Selatan, sejumlah pengamat asing akan sangat ditentukan oleh presiden terpilih nanti. Tetapi jika melihat pernyataan kedua calon mereka berkomitmen untuk menaikkan belanja pertahanan. Prabowo Subianto, berjanji untuk meningkatkan belanja pertahanan menjadi 1,5 persen dari PDB dalam lima tahun.
“Sepertinya ada komitmen untuk meningkatkan anggaran pertahanan, meningkatkan kekuatan militer Indonesia secara keseluruhan,” kata Bitzinger.

Sumber: bloomberg.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar