Selasa, 29 November 2016

Masih Jadi Yang Terbaik, Rusia Sudah Siapkan Pengganti Buk M3


buk-m3

Meski masih dianggap sebagai system pertahanan udara jarak  terbaik, Almaz-Antey telah mulai bekerja untuk membangun pengganti Buk M3.
Sebelumnya, Almaz-Antey telah mentransfer  satu set sistem rudal pertahanan udara jarak menengah Buk-M3 baru ke Kementerian Pertahanan Rusia.
CEO Almaz-Antey  Yan Novikov mengatakan dalam waktu singkat setelah rilis dari Buk M3 para ahli di perusahaanya telah  berhasil menciptakan produk kunci yang akan menjadikan jangkauan meningkat satu setengah kali lipat dari generasi sebelumnya.
“Kami tidak berhenti di sini dan sudah mulai pekerjaan pembangunan untuk menciptakan generasi berikutnya dari rudal anti pesawat jarak menengah,” kata Novikov seperti dikutip oleh laman perusahaa Senin 28 November 2016.
Buk M3 merupakan system terbaru dari rudal pertahanan udara Rusia. Sistem ini menggunakan rudal baru dan komponen elektronik yang canggih yang telah meningkatkan kemampuan secara siginifikan dibandingkan Buk tua.
Bahkan system ini disebut-sebut melebihi kemampuan system pertahanan udara jarak jauh  S-300P tua. Sistem pertahanan udara ini dapat menyerang  pesawat taktis dan strategis, helikopter, rudal balistik jarak pendek, rudal jelajah, rudal  yang diluncurkan dari udara, rudal anti-radiasi, bom berpemandu dan kendaraan aerodinamis lainnya.
Sistem ini  juga dapat beroperasi di bawah serangan elektronik berat dari lawan.  Buk M3 menggunakan rudal baru 9M317M dan dalam hal desain,  sama sekali berbeda dengan  rudal Buk sebelumnya. Sistem ini juga lebih  kompak daripada rudal yang digunakan pada sistem Buk M1 dan M2 Buk. Rudal baru memiliki jangkauan hingga 70 km dengan ketinggian maksimum adalah 35 km.

Lantamal VI TNI AL Buka Pendaftaran Calon Tamtama


lantamal-vi
TNI Angkatan Laut melalui Pangkalan TNI AL (Lantamal) VI membuka pendaftaran penerimaan Calon Tamtama Prajurit Karier TNI AL gelombang II TA 2017 yang ditujukan bagi para pemuda Warga Negara Indonesia (WNI) dan berdomisili dalam wilayah kerja Lantamal VI.
“TNI AL membuka kesempatan bagi para WNI yang memenuhi semua persyaratan untuk bergabung menjadi abdi negara,” ujar Kepala Dinas Penerangan Lantamal VI Kapten Laut (KH) Suparman Sulo di Makassar, Senin 28 November 2016 sebagaimana dilaporkan Antara.
Pendaftaran penerimaan Catam TNI-AL ini dimulai pada 21 November 2016 hingga 5 Januari 2017 dan bagi pemuda yang berminat dapat langsung mendaftarkan diri di Lantamal VI Jalan Yos Sudarso Nomor 308 Makassar.
Selain itu, para pemuda juga bisa mendaftarkan diri secara online (dalam jaringan/daring) dengan mengakses alamat website www.rekrutmen-tni.mil.id dengan mengisi formulir pendaftaran.
Beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi yakni warga berijazah minimal sekolah menengah pertama (SMP) dan belum menikah serta memiliki tinggi badan 163 centimeter (cm) dengan berat badan seimbang.
Kemudian persyaratan lainnya, berusia serendah rendahnya 17 tahun 9 bulan dan setinggi-tinggi 22 tahun pada tanggal 20 Maret 2017. Melengkapi Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari Polres setempat serta bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.
“Untuk lebih lanjutnya datang saja ke Mako Lantamal VI atau mengakses website yang telah ditentukan,” sebutnya.
Suparman mengimbau kepada masyarakat yang berminat untuk mengabdikan dirinya kepada bangsa dan Negara Indonesia agar melalui pendaftaran Catam tersebut dan tidak menempuh jalur/cara yang tidak diperbolehkan.
Seperti menyuap pejabat yang berwenang, atau jalan lain yang sifatnya menimbulkan KKN, apabila diketahui oleh panitia/pejabat yang berwenang, maka kedua belah pihak akan menerima risiko dan sanksi hukum yang berlaku.
Sedangkan terhadap calon tersebut akan dicoret dan dinyatakan tidak lulus masuk Secatam (Sekolah Calon Tamtama).

Media Jerman: T-14 Tak Bisa Dihentikan, NATO Butuh 20 Tahun Untuk Mengejar


Sputnik
Majalah Jerman Stern mengakui Rusia telah melakukan terobosan dalam penemuan di bidang militer yang membuat barat terkejut. Salah satu yang paling utama adalah tank tempur utama T-14 Armata.

Majalah ini menyerukan ahli militer NATO harus memberi perhatian khusus dan cepat untuk bekerja dalam membangun lawan bagi Armata.
Mengutip   laporan laporan internal  Kementerian pertahanan Inggris telah menyajikan kekhawatiran jelas terhadap perkembangan militer Rusia. “Setiap kalimat [laporan} penuh dengan terror,” tulis Stern.
Stern mencatat bahwa Armata adalah tank yang tidak dapat dihentikan dan Barat  akan membutuhkan setidaknya 20 tahun untuk mengejar ketinggalan dengan Moskow.
“ Banyak orang akan bertanya mengapa Barat bisa jauh di belakang dan bagaimana ini bisa terjadi,”  menurut Sterns jawabannya sederhana “Negara NATO   lupa tentang keberadaan pertempuran tank klasik sementara insinyur Rusia telah terhindar dari  perangkap ini. Bukan berarti  hiperbola, Armata merupakan sebagian langkah perubahan yang revolusioner dalam desain tank dalam setengah abad terakhir,” tulis majalah itu. “Tidak mengherankan, tank ini telah menimbulkan sensasi.”

Sebelumnya, ahli militer Ivan Konovalov mengatakan kepada Sputnik bahwa pembangunan state-of-the-art T-14 Armata  telah mengejutkan barat. Menurut dia, Barat tidak pernah berpikir bahwa kompleks industri militer Rusia akan mampu menciptakan tank T-14 Armata yang sangat canggih.
Kementerian Pertahanan Rusia meluncurkan tank  generasi baru ini pada parade kemerdekaan  9 Mei  2015. Tank Armata  dilengkapi persenjataan canggih, turret remote control dan armor yang sangat tangguh.

APC Disita Hong Kong, China: Singapura Hipokrit

apc-singapura
China melayangkan protes kepada Singapura setelah sembilan kendaraan pengangkut personel lapis baja (APC) Singapura disita bea cukai Hong Kong saat kembali dari Taiwan. Surat kabar pemerintah China menyebut Singapura telah bersikap hipokrit alias munafik.
Sembilan unit kendaraan pengangkut personel  disita di Hong Kong pada minggu lalu, memicu sebuah teguran kepada Singapura dari Kementerian Luar Negeri China karena Negara itu  mempertahankan ikatan militer dengan Taiwan, yang dianggap sebagai sebuah provinsi pembangkang oleh China.
“China telah membuat pernyataan atas hal ini kepada pihak Singapura,” kata juru bicara Kemenlu Geng Shuang  dalam sebuah pengarahan pers  Senin 28 November 2016.
China juga telah  menuntut Singapura mematuhi hukum-hukum yang berlaku di Hong Kong dan bekerja sama dengan pemerintah Hong kong untuk menangani pekerjaan lanjutan terkait.
Hong Kong, merupakan sebuah bekas jajahan Inggris sebelum akhirnya dikembalikan kepada China pada 1997 lalu.
Geng mengatakan China selalu menentang negara-negara yang memiliki hubungan dengan China dan juga memiliki  segala bentuk pertukaran politik dengan wilayah Taiwan, termasuk pertukaran dan kerjasama militer.
China telah mengklaim kedaulatan atas Taiwan sejak 1949, ketika pasukan Komunis Mao Zedong memenangi perang  China dan pihak Nasionalis Chiang Kai Shek melarikan diri ke pulau itu.
Beijing telah berjanji untuk membawa Taiwan kembali ke bawah kekuasaannya, menggunakan jalan kekerasan jika diperlukan. China mengatakan bahwa Taiwan merupakan bagian dari “Satu China,” yang dikuasai oleh Beijing.
Global Times, yang merupakan tabloid milik negara, memperingatkan bahwa “kemunafikan” Singapura atas hubungan militernya dengan Taiwan dapat merusak hubungannya dengan China.
“Tidak ada beralasan bagi Singapura untuk melanjutkan segala bentuk pertukaran militer dengan Taiwan,” ujar sebuah artikel opini di media itu, yang ditulis oleh seorang komentator yang menggunakan nama Ai Jun, yang bermakna “cintai tentara”.
Singapura dan Taiwan memiliki sebuah hubungan militer yang telah lama berjalan sejak 1970an dan melibatkan Taiwan sebagai lokasi pelatihan infantri Singapura.
Beijing dengan berat hati mentolerir kesepakatan itu sejak China dan Singapura membentuk kembali hubungan diplomasi pada 1990an.
Media itu menyebutkan insiden   kendaraan itu “menambah kecurigaan” bahwa Singapura berusaha melawan prinsip Satu China.

Senin, 28 November 2016

Kurganets-25, Revolusi Armor Rusia Untuk Menandingi M2 Bradley

Kurganets-25 armored personnel carrier

Fitur yang paling krusial dari Kurganets adalah penggabungan dari sistem Afganit Active Protection yang digunakan pada tank  T-14. Afganit bekerja pada radar AESA yang dapat mendeteksi shell dan rudal masuk, kemudian merespon dengan sistem optoelectronic “soft-kill ” berupa granat asap multispektral yang membingungkan rudal musuh serta sistem “hard-kill” dengan roket untuk mencegat misil yang datang.
Israel telah lebih dulu sukses dengan sistem perlindungan aktif 'Trophy' pada kendaraan lapis bajanya di tahun 2014. Sedangkan sistem Afganit belum diuji dalam pertempuran, tetapi jika se-efektif Trophy, kemungkinan sistem ini akan menjadi salah satu metode terbaik untuk melindungi sebuah IFV tanpa meningkatkan beban secara drastis.

Kurganets kembali dengan gagah termasuk radar array, sistem GPS, laser range finder, imager termal, sistem kontrol tembak, kamera eksterior untuk penglihatan situasional dan kontrol senjata jaringan.
Kurganets dapat dipacu hingga 80 kilometer per jam, lebih cepat 30 km dari BMP-2 dan Bradley yang hanya bisa bergerak maksimal 50 kilometer per jam. Kurganets juga dapat mempertahankan kemampuan BMP-nya untuk menerjang air dengan kecepatan 10 kilometer per jam.
RUSKA KURN
Namun, kapasitas angkut pasukan pada AFV ini diturunkan menjadi enam sampai tujuh pasukan. Hal ini mengejutkan, karena terbatasnya ukuran skuad yang dipasangkan pada desain IFV sebelumnya yang sering dikritik berbagai pihak dan merupakan titik kunci perbaikan potensial.
Sebuah tim khusus dengan enam pasukan didalamnya dapat memiliki waktu yang sulit melakukan “tugas infanteri” seperti tugas pengamanan dan penyerangan sebuah bangunan. akan teteapi, interior Kurganets dilaporkan lebih nyaman bagi pasukan. Jika  benar, ini akan menandai sebuah revolusi sejati dalam desain AFV Rusia. dengan pintu keluar  dibelakang menggunakan sistem built in door, perbaikan besar dari BMP yang keluar dari atas.
Varian APC Kurganets dipersenjatai hanya dipersenjatai dengan senapan mesin 12,7 mm dan dapat membawa sampai delapan pasukan, tetapi tidak memiliki sistem perlindungan yang aktif dari IFV. Kurganets juga dirancang untuk menggantikan lapis baja MT-LB.

The Russian Army will take on strength a sophisticated armored recovery vehicle (ARV) derived from the Kurganets platform in several years, according to the Izvestia daily.
Versi Kendaraan Recovery
Varian yang direncanakan pada Kurganets termasuk ambulans lapis baja, pembawa mortar Vasilek 82 milimeter, kendaraan anti-tank, kendaraan recovery lapis baja, kendaraan pengintai, komando, dan kendaraan rekayasa lapis baja. Termasuk untuk varian meriam swa-gerak 120-122 mm serta kendaraan lapis baja antipesawat swa-gerak 57 milimeter.

Penyelesaian BRP Davao Del Sur Angkatan Laut Filipina Capai 91 Persen

Kapal jenis strategic sealift vessel (SSV) BRP Davao Del Sur (LD-602).
Kapal jenis strategic sealift vessel (SSV) BRP Davao Del Sur (LD-602).
Juru bicara Angkatan Laut Filipina, Kapten Lued Lincuna, mengatakan bahwa kapal jenis strategic sealift vessel (SSV) kedua BRP Davao Del Sur (LD-602) telah mencapai 91 persen dan segera dikirimkan sesuai jadwal pada bulan Mei 2017.
Saat ini, PT PAL Indonesia sedang memasang sistem navigasi, dek dan peralatan teknik di SSV kedua Angkatan Laut Filipina tersebut.
“Instalasi navigasi, dek, dan peralatan teknik sedang berlangsung. Saya tidak tahu persentase yang tepat terkait penyelesaian, namun kapal itu pasti akan (berada di Filipina) pada bulan Mei 2017,” ujar Kapten Lued kepada Philippine News Agency.
BRP Davao Del Sur (LD-602) telah diluncurkan pada bulan September lalu. Kapal itu merupakan saudara dari kapal BRP Tarlac (LD-601) yang saat ini telah ditugaskan menjadi kapal perang Filipina.
Sama seperti BRP Tarlac, SSV terbaru Angkatan Laut Filipina ini juga akan berfungsi sebagai kapal komando-dan-kontrol, terutama dalam memberikan bantuan kemanusiaan dan bencana, serta akan berfungsi sebagai sealift militer dan kapal pengangkut.

Rheinmetall Ciptakan Senjata Penghancur Tank Armata

Challenger 2 Tank
Rheinmetall Defence memamerkan senjata baru yang dikembangkan terutama untuk menghancurkan tank T-14 Armata dan T-90. Defense Update melaporkan, senjata 130 mm itu, siap dipasang ke tank baru yang sedang dikembangkan Jerman dan Prancis sebagai pengganti tank tempur Leopard 2 dan Leclerc.
Demonstrasi teknis senjata 130mm ini pertama kali dilakukan Mei 2016 lalu. Situs HIS Jane’s 360 menyebutkan, kemampuan senjata ini mulai diuji di lapangan tembak Rheinmetall usai dipamerkan pada Pameran Pertahanan dan Keamanan Internasional Eurosatory 2016.

Rheinmetall 130mm Gun (Defense-update.com)

Rheinmetall 130mm Gun (Foto:Noam eshel / Defense-UpdateDefense-update.com)
Saat ini, Rheinmetall Defence sedang menciptakan proyektil khusus penembus perisai untuk senjata ini. Menurut keterangan perusahaan, senjata ini dilengkapi dengan sistem peluncur yang disempurnakan dan inti wolfram atau tungsten yang diperpanjang.
Meski demikiam, para pakar Rusia berpendapat kemampuan senjata tersebut mustahil untuk dievaluasi sebelum uji coba proyektil dilaksanakan.

Rheinmetall 130mm Gun (Defense-update.com)

Rheinmetall 130mm Gun (Foto:Noam eshel / Defense-UpdateDefense-update.com)
Barat Ingin Saingi Armata
Jerman mulai mempertimbangkan memodernisasi tank Leopard 2 setelah Rusia memamerkan platform tempur “Armata” dan tank T-14 yang dibuat berdasarkan platform Armata. Kendaraan tempur terbaru milik Rusia ini mampu bertahan dan memiliki potensi tempur lebih unggul daripada tank buatan negara-negara lain.
Kini, berlatar belakang persiapan pemasokkan T-14 ke dalam barisan tentara Rusia, Prancis dan Jerman menggelar pembicaraan bilateral yang tidak hanya membahas mengenai pengembangan senjata artileri generasi terbaru, tapi juga rencana penggantian tank kelas berat jenis “Leopard” dan “Leclerc”.
Sebelumnya, sebagaimana yang dilaporkan majalah urusan luar negeri AS National Interest, para ahli militer menunjukkan tank “Leopard 2” milik Jerman, yang dianggap sebagai salah satu tank terbaik di dunia, nyatanya tidak memiliki proyektil yang mampu menembus lapis baja tank T-80, T-90 dan T-14 “Armata” buatan Rusia.

Rheinmetall 130mm Gun (Foto:Noam eshel / Defense-UpdateDefense-update.com)

Rheinmetall 130mm Gun (Foto:Noam eshel / Defense-UpdateDefense-update.com)
Namun, Jerman kini sedang bekerja secara aktif untuk mengatasi masalah tersebut, baik dengan mengadaptasikan proyektil-proyektil buatan Amerika pada tank-tank mereka maupun dengan mengembangkan amunisi uranium terdeplesi (uranium yang mempunyai kadar isotop U235 yang lebih rendah dari uranium alam -red.) mereka sendiri, tulis National Interest.
Belum Tentu Efektif
Meskipun Rheinmetall Defence menghadirkan senjata terbarunya sebagai perangkat militer untuk melawan platform “Armata” milik Rusia, hingga kini belum diketahui apakah senjata ini benar-benar dapat efektif melawan teknologi terbaru buatan Rusia.
“Senjata 130 mm terbaru milik Jerman dalam proses pembangunan dan belum diketahui apakah senjata tersebut memang benar-benar mampu menembus lapis baja tank Rusia,” ujar Pemimpin Redaksi majalah National Defense Igor Korotchenko dalam wawancaranya dengan RBTH.
Korotchenko menekankan, saat ini proyektil senjata yang dimaksud belum diciptakan. Pemberitaan mengenai keunggulannya terhadap tank Rusia tak lebih sebagai upaya produsen untuk mengiklankan produknya.
Menurut salah satu narasumber RBTH, para ahli di kompleks industri militer belum memberikan keputusan akhir mengenai senjata baru buatan Jerman tersebut. “Saat ini, kami telah mengirimkan perwakilan kami untuk melakukan tinjauan,” ujar narasumber.
Pada April 2016, Kementerian Pertahanan Rusia telah menandatangani kontrak pembelian seratus unit tank dengan platform “Armata”. Menurut Direktur Umum perusahaan Ulravagonzavod Vyacheslav Khalitov, angkatan bersenjata Rusia akan menerima seri pertama, sebanyak 100 unit tank T-14 pada 2017 – 2018 mendatang.

Cekoslowakia Group Siap Pasok Pandur untuk Indonesia

Pandur II
Holding Cekoslowakia Group (CSG) mendapatkan kontrak senilai puluhan juta dolar AS, pada Indo Defence 2016 di Jakarta. Dalam event internasional yang penting tersebut, CSG juga menampilkan secara perdana pesawat tak berawak CANTAS kepada dunia internasional.
Dalam pameran industri pertahanan, Indo Defence 2016, konsorsium holding CSG yang diwakili Excalibur Internasional, berhasil mendapatkan kontrak senilai puluhan juta dolar.
Kontrak ini meliputi pasokan kendaraan Tatra dan Pandur. Republik Ceko sebagai pembuat Pandurs memperoleh pelanggan asing pertama.
Pandur II
Pandur II
Tumbuhnya Indo Defence
“Event Indo Defence dibandingkan tahun lalu, telah tumbuh secara signifikan, yang menegaskan betapa pentingnya wilayah seperti Indonesia dan negara tetangganya, tidak hanya untuk industri pertahanan” ujar Andrej Cirtek kepada Cekoslowakia Group.
Stand perusahaan holding CSG dikunjungi oleh Komandan Angkatan Udara Indonesia, Angkatan Darat dan Angkatan Laut.
Stand CSG juga dikunjungi Delegasi Ceko yang dipimpin oleh Thomas Kuchta, Wakil Menteri Pertahanan dan Atase militer Ceko untuk India dan Indonesia, Brigadir Jenderal Milan Schulz.
“Pentingnya Indonesia dan kawasan Asia Tenggara untuk Holding Cekoslowakia Group terlihat dengan ditandatanganinya kontrak baru senilai puluhan juta dolar antara perusahaan Excalibur International dengan pemerintah Indonesia, yang terjadi pada hari terakhir pameran,” ujar Radim Petras, Direktur proyek strategis Excalibur International.
Konsorsium dari perusahaan yang tergabung dalam holding Cekoslowakia GROUP akan berpartisipasi satu dengan yang lain dalam penyediaan kendaraan Tatra, Pandur dan kendaraan jembatan M3 dari General Dynamics.
“Melalui Indo Defence, kami berhasil melakukan penjualan yang signifikan, dimana sebelumnya kami berhasil memasok RM-70 Vampir untuk militer Indonesia,” ujar Radim Petras.

Modernisasi Armed : Mewujudkan Pembangunan Kekuatan Pertahanan Matra Darat yang Andal

armedPembangunan kekuatan pertahanan oleh TNI AD mutlak harus dilaksanakan agar mampu melaksanakan tugas pokok yang diembannya. Dalam realisasinya, pembangunan tersebut termasuk di dalamnya modernisasi alutsista armed diarahkan guna tercapainya kekuatan pokok MEF dan mampu menjamin kepentingan strategis bangsa.
LATAR BELAKANG
Pembangunan kekuatan TNI AD dilaksanakan atas dasar konsep pertahanan berbasis ke mampuan (based defence capabilities), kekuatan dan gelar satuan dengan mengutamakan kemampuan melaksanakan tugas pokoknya dalam menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah darat dan menyelamatkan segenap Bangsa Indonesia. Pembangunan kekuatan tersebut diarahkan untuk tercapainya kekuatan pokok Minimum Essential Force (MEF), terhadap ancaman yang timbul dan tuntutan tugas pokok dengan sasaran tingkat kekuatan yang mampu menjamin kepentingan strategis pertahanan aspek darat.
Fokus tercapainya MEF dengan menitikberatkan pem bangunan dan modernisasi Alutsista beserta teknologinya dalam menghadapi ancaman aktual di beberapa flash point. Diantaranya, permasalahan perbatasan wilayah negara, terorisme, separatisme, pengelolaan pulau terluar serta keinginan negara lain dalam penguasaan sumber energi Indonesia. Kesuksesan pembangunan kekuatan pada Renstra II (2015 – 2019) akan membuat postur pertahanan Indonesia mandiri setara dengan negara lain dan semakin berwibawa.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh TNI AD guna tercapainya kemampuan tersebut adalah dengan memodernisasi Alutsista termasuk didalamnya Satuan Armed. Memperhatikan kondisi Alutsista yang dimiliki Satuan Armed saat ini dalam menjawab tuntutan tugas pokok memerlukan sentuhan teknologi modern dalam rangka memodernisasikan dan gelar satuan dengan pembentukan satuan baru khususnya di wilayah perbatasan darat dengan negara tetangga, daerah rawan konflik dan pulau-pulau terluar. Kehadiran Satuan Armed dengan Alutsista yang modern tentunya akan mampu mendukung semua operasi yang dilakukan oleh TNI AD dan juga memberikan deterrent effect.
POKOK MASALAH
Pertama, trend perkembangan perang.
Sifat dan karakeristik perang saat ini telah bergeser seiring dengan perkembangan teknologi, perebutan sumber energi dan tuntutan kepentingan kelompok tertentu telah menciptakan perang dengan berbagai modus operasi, diantaranya perang Asimetris, perang Hibrida dan perang Proxy.
Perang Asimetris sering di sebut sebagai perang ge nerasi keempat yang diilhami dari per juangan geril ya wan dengan menggunakan taktik teror, karena ketidakmampuannya menghadapi persenjataan yang lebih canggih. Contoh perebutan hegemoni di Timur Tengah.
Perang Hibrida merupakan perang yang menggabungkan teknik perang konvensional, perang Asimetris dan perang informasi untuk mendapatkan kemenangan atas pihak lawan. Perang ini juga menjadi sebuah strategi militer yang memadukan antara perang konvensional, perang tidak teratur dan ancaman Cyber Warfare baik berupa serangan nuklir, senjata kimia, alat peledak improvisasi dan perang informasi.
Perang Proxy merupakan sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan untuk mengurangi resiko konfl ik langsung pada kehancuran fatal.
Kedua, kondisi geografi s dan gelar Satuan Armed
Pelaksanaan modernisasi Alutsista juga di pengaruhi oleh:
1. Kondisi geografis.
Bila memperhatikan kondisi geografi s Indonesia yang meliputi 17.504 pulau dan 10 perbatasan dengan negara lain (7 perbatasan laut dan 3 perbatasan daratan), maka hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap stabilitas keamanan negara. Belum lagi letak Indonesia berada pada posisi strategis dan jalur perekonomian/perdagangan antar negara, akan membutuhkan keberadaan satuan satuan pengamanan yang lebih besar dalam melindungi kepentingan negara.

2. Gelar Satuan Armed.
Kondisi gelar Satuan Armed dinilai belum ideal dalam mendukung kemampuan kesiapan operasional dan kesiapsiagaan yang optimal dihadapkan pada dislokasi Satuan Armed saat ini. Hal tersebut dilihat dari dislokasi Satuan Armed apabila dikelompokkan dalam tiga wilayah Indonesia, gelar Satuan Armed saat ini masih belum merata tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebagian besar terpusat di wilayah Indonesia bagian barat, kemudian wilayah tengah dan di wilayah timur belum tergelar Satuan Armed.

Ketiga, kemampuan Alutsista Armed saat ini
Kemampuan Alutsista yang dimiliki Satuan Armed cukup memadai dalam memberikan bantuan tembakan. Kondisi Alutsista yang dimiliki masih menggunakan sistem manual dan membutuhkan sentuhan teknologi persenjataan yang ada, seperti peningkatan jarak capai meriam, peningkatan kecepatan penembakan, peningkatan akurasi penembakan, peningkatan daya hancur sasaran dan mobilitasnya. Bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, Alutsista Satuan Armed perlu dimodernisasi dan pengadaan senjata yang memiliki seperti kemampuan di atas. Persenjataan Satuan Armed masih menggunakan meriam kaliber ringan seperti meriam 76 mm/Gun dan meriam 105 mm/ Tarik dan meriam 105 mm/GS.
Keempat, perkembangan Alutsista negara tetangga
Perkembangan teknologi persenjataan di kawasan regional serta menguatnya kemampuan militer negara tetangga yang secara signifikan melebihi kemampuan pertahanan militer Negara Indonesia telah melemahkan posisi tawar dalam ajang diplomasi internasional. Sebagai perbandingan, kekuatan Alutsista Armed negara-negara tetangga antara lain:
Malaysia. Satuan Armed Negara Malaysia menggunakan meriam kaliber 105 dan 155 mm, diantaranya: 130 pucuk meriam 105 mm M-56 Pack, 32 pucuk meriam 155 mm sebagai Bantem taktis. Sedangkan kekuatan Bantem strategis Tentara Diraja Malaysia berupa Roket Astros II 18 pucuk dengan jarak capai lebih dari 200 km.
Singapura. Satuan Armed Negara Singapura dilengkapi dengan Bantem taktis berupa meriam kaliber 105 mm 37 pucuk dan 160 pucuk meriam 155 mm dengan berbagai jenis. Sedangkan Bantem strategisnya berupa 18 unit MLRS M142 (HIMARS) kaliber 227 mm yang dilengkapi 32 unit XM31 Unitary HE GMLRS Pod dengan kemampuan jarak capai maksimal 70.000 meter dan daya hancur massal di atas radius 10.000 m².
Thailand. Satuan Armed Negara Thailand menggunakan meriam kaliber 105 mm 321 pucuk dengan berbagai jenis meriam, 15 pucuk kaliber 130 mm dan 211 pucuk kaliber 155 mm dengan berbagai jenis serta MRL 130 mm sebagai Bantem taktisnya. Saat ini, sedang mengembangkan MBRL (Multi Barel Rocket Launchers) DTI- 1.
Australia. Australia menggunakan meriam kaliber 105 mm 234 pucuk berbagai jenis dan 36 pucuk meriam 155 mm M-198. Saat ini, menggelar sistem pertahanan peluru kendali di Pine Gap meliputi rudal Joint Air to Surface Stand off Missile (JASSM) dengan jarak capai 400 km mampu menembak ke wilayah Indonesia, Rudal jelajah jenis KEPD dengan jarak capai 350 km dan Rudal anti kapal selam SLAM-ER dengan jarak capai 250 km sebagai Bantem strategisnya.
Tiongkok. Negara ini menggunakan meriam GUN 120 mm 200 pucuk berbagai jenis, 14.000 pucuk yang terdiri dari meriam Towed berbagai jenis dan tipe. Self Propelled 1200 pucuk dengan berbagai jenis dan tipe sebagai Bantem taktis. Sedangkan Bantem strategis menggunakan Rudal Balistik DF-5A Nuklir 260 pucuk, MLRS 2.400 pucuk dan Artileri mobile 6.246 pucuk.
ANALISA MASALAH
Dari uraian pokok masalah di atas, konsep memodernisasi Alutsista Satuan Armed dalam mewujudkan pembangunan kekuatan pertahanan yang andal harus dibangun secara profesional dalam bidangnya. Menurut TB Silalahi bahwa militer profesional adalah well organized, well managed, well equiped well paid (diorganisir, diatur, dilengkapi dan dibiayai dengan baik) sehingga terbentuknya prajurit Armed yang profesional, efektif, efisien dan modern. Sebagai jati diri TNI untuk menjadi tentara profesional harus dilengkapi dengan peralatan militer secara baik. Demikian pula dengan Korps Armed sebagai salah satu kecabangan TNI AD, agar dapat melaksanakan tugas pokoknya dengan optimal serta diharapkan dapat memberikan deterrent effect kepada negara lain maka Satuan Armed juga perlu memodernisasi Alutsistanya.
Dengan tetap mengacu kepada trend perkembangan perang, kondisi geografi s dan gelar Satuan Armed, kemampuan Alutsista Armed saat ini dan perkembangan Alutsista negara tetangga, maka dimungkinkan modernisasi yang dilakukan mampu mendukung kelancaran tuntutan tugas pokok. Disisi lain, dapat menjadikan sebuah power/kekuatan bagi Indonesia dalam hal ini TNI AD dalam menjaga “stabilitas keamanan” di kawasan.
Berkaitan dengan latar belakang dan pokok masalah di atas, perlu adanya pembahasan rumusan permasalahan untuk melaksanakan modernisasi Alutsista Armed guna mewujudkan pembangunan kekuatan pertahanan matra darat yang andal yaitu: bagaimana pengadaan Alutsista skala prioritas?, bagaimana perimbangan Alutsista sendiri dihadapkan dengan perkembangan Alutsista negara tetangga?, bagaimana penataan gelar serta operasionalnya dihadapkan dengan kondisi ancaman?, dan bagaimana peningkatan pembangunan teknologi Alutsista Armed.
PERTIMBANGAN MODERNISASI ALUTSISTA ARMED
Teknologi Alutsista Armed diarahkan untuk mempermudah, mempercepat dan menambah akurasi pemberian bantuan tembakan terhadap berbagai bentuk dan kekuatan sasaran. Selaras dengan hal tersebut, maka pembangunan Satuan Armed yang modern harus memenuhi kriteria pertimbangan sebagai berikut:
Pertama, peningkatan kemampuan jarak capai meriam (extended range). Faktor kemampuan jarak capai merupakan faktor utama dalam penentuan kemampuan meriam Armed. Semakin jauh jarak capainya, maka akan semakin tinggi nilai kemampuan meriam tersebut.
Kedua, peningkatan akurasi (high precision). Tujuannya untuk meminimalisasi kerugian non tempur (collateral damage) dengan Alutsista meriam yang memiliki CEP (Circular Error Probability) kecil.
Ketiga, peningkatan persentase daya hancur terhadap sasaran dengan berbagai jenis dan karakteristik proyektil. Persentase daya hancur yang tinggi berpengaruh besar terhadap efektivitas penggunaan sarana Bantem.
Keempat, peningkatan mobilitas deployment memudahkan dalam kegiatan taktis, operasional maupun strategis (tactical, operational and strategic mobility). Dengan daya gerak yang tinggi maka pelaksanaan taktik hit and run yang memungkinkan satuan-satuan Armed menembak dengan cepat dan berpindah kedudukan untuk menghindari counter attack musuh.
Kelima, peningkatan interoperability Alutsista Armed dengan satuan manuver lainnya. Interoperabilitas antar kecabangan dan angkatan mempengaruhi jalannya pertempuran.
Keenam, berkembangnya dimensi peperangan menuntut semua persenjataan dapat beradaptasi dengan medan pertempuran yang mungkin akan dihadapi. Dapatnya pelibatan dan penggunaan Alutsista Armed untuk pertempuran di wilayah pemukiman/perkotaan (urban) maupun pertempuran jarak dekat seperti Operasi Lawan Insurjensi maupun pertempuran kota.
MODERNISASI ALUTSISTA ARMED YANG DIHARAPKAN
Satuan Armed diharapkan memiliki kapasitas untuk melaksanakan tugas secara optimal dengan didukung Alutsista yang berkemampuan teknologi persenjataan saat ini, sehingga mampu dioperasionalkan untuk segala medan di Indonesia maupun medan tugas dibawah naungan bendera PBB. Diantaranya:
PERTAMA, MODERNISASI ALAT UTAMA
Modernisasi alat utama diharapkan mampu menjawab ancaman kedepan dan menjamin perimbangan di kawasan. Alat utama Armed tersebut adalah:
1. Teknologi Multiple Launcher Rocket System (MLRS). Merupakan tipe peluncur rudal/roket yang berbentuk Ranpur dengan jumlah laras yang banyak dan kaliber yang beragam, mudah mobilisasi dan dapat menembakkan roket bersamaan sehingga dampak kehancuran (Lethal impact) lebih besar. Dapat menembak secara independen (tidak tergantung sistem Armed pada peninjau-Pibak-pucuk) serta mampu bergerak dan menentukan posisi tidak tergantung pada tim Pengukuran medan (Kurmed). Melalui teknologi ini dengan memiliki daya jangkau yang jauh serta daya hancur yang begitu dahsyat membuat MLRS begitu spesial dikarenakan setiap roketnya terisi Improve Submunition yang mampu menghancurkan daerah seluas sampai dengan 5,2 Ha dengan waktu yang cukup singkat.
2. Teknologi meriam Armed GS (Self Propelled Artillery). Teknologi meriam GS dengan roda ban yang cepat dalam perpindahan dan mampu melayani permintaan tembakan ketika bergerak serta memiliki adaptabilitas terhadap cuaca dan medan geografi s Indonesia. Meriam dengan teknologi modern ini memiliki jarak capai tembakan sampai dengan 40 km.
3. Light Gun teknologi. Memiliki bobot ringan dan berteknologi tinggi sehingga dapat diangkut mengunakan helikopter dan pesawat udara untuk mendukung Operasi Mobud dan Operasi Linud.
KEDUA, MODERNISASI SISTEM SENJATA
Suatu sistem senjata yang mendukung alat utama yaitu meriam menjadi suatu sistem yang tidak bisa dipisahkan. Modernisasi unsur sistem senjata diharapkan dapat memenuhi tuntutan tugas dan perkembangan jaman serta prediksi ancaman kedepan adalah:
1. Pencari dan penemu sasaran. Modernisasi alat peninjauan sudah selayaknya menyertai penggantian meriam. Penggunaan teknologi LRF, GPS dan UAV sehingga memperoleh data-data tentang sasaran secara akurat meliputi disposisi, komposisi dan kekuatan serta kegiatan.
2. Pengendalian dan pengorganisasian tembakan. Perubahan terhadap proses pengendalian dan pengorganisasian tembakan, yang meliputi:
a. Pusat pimpinan penembakan (Puspibak). Puspibak sebagai otak dalam proses penem bakan mampu mengolah data menjadi data siap tembak dengan cepat dan akurat.
b. Koordinasi bantuan tembakan (Korbantem). Dalam Badan Korbantem, seluruh unsur yang ada baik antar kecabangan maupun antar angkatan memiliki kesamaan terminologi dalam menentukan data tembak untuk mempermudah dan mempercepat proses dalam pengolahan data tembak.
c. Pengukuran medan (Kurmed) dilengkapi dengan peralatan yang modern berupa GPS yang menggunakan satelit sendiri sehingga akurasi dan kerahasiaan akan lebih terjamin.
d. Meteorologi. Sistem observasi menggunakan radiosonde/radiowind dan pilot balon. Dilengkapi dengan radar cuaca (weather radars) untuk mendapatkan data meteorologi di permukaan dan sipnotik udara atas yang lebih detail untuk mendukung informasi dalam skala dan waktu sesuai yang dibutuhkan dalam pertempuran.
e. Komunikasi. Alkom memiliki kemampuan enscripted radio communication dan networking communication agar dapat bertahan dari perang elektronika yang dilancarkan musuh dan memperlancar komando dan pengendalian unsurunsur penembakan.
f. Angkutan. Memiliki teknologi meriam Armed GS (Self Propelled Artillery) dan Teknologi High-Mobility Artillery Rocket System (HIMARS).
g. Logistik. Memiliki sistem logistik yang responsif, kesederhanaan, fleksibilitas, ekonomis, daya dukung dan ketahanan logistik.
h. Munisi. Memiliki daya hancur lebih luas, jarak capai lebih jauh serta ketepatan yang akurat.
i. Organisasi. Memiliki persyaratan organisasi yang modern berbasis kemampuan/kapabilitas, memiliki kecepatan dalam pelaksanaan tugas, profesional, fleksibel serta ramping.
j. Taktik. Taktik Armed harus menjamin selalu tersedianya bantuan tembakan yang responsif dan efektif bagi satuan manuver.
integrasi-tembakan
LANGKAH-LANGKAH MODERNISASI ALUTSISTA ARMED

Modernisasi Alutsista Armed saat ini sangat mendesak dihadapkan ancaman dan kondisi geografi s agar Satuan Armed mampu mendukung optimal semua operasi yang dilakukan oleh TNI AD sebagai upaya mewujudkan kekuatan pertahanan negara. Langkahlangkah modernisasi Alutsista Satuan Armed yang harus dilakukan, sebagai berikut:
Pertama, pengadaan Alutsista. Keberadaan Satgas pengamanan perbatasan belum mampu mengamankan seluruh wilayah Indonesia sehingga perlu pengadaan Alutsista Satuan Armed yang ditempatkan di daerah flash point. Dengan demikian pengadaan Alutsista Armed dengan mempertimbangkan sebagai berikut;
1) Pengadaan Alutsista skala prioritas. Dihadapkan kondisi anggaran pertahanan yang terbatas maka pengadaan Alutsista menggunakan skala prioritas di daerah rawan/ perbatasan dikaitkan dengan kemungkinan ancaman dan kondisi geografi s Indonesia sehingga efektif dan efi sien memberikan daya tangkal.
2) Mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Pengadaan Alutsista Armed hendaknya dengan mempertimbangkan kondisi geografi s wilayah Indonesia dan kemungkinan ancaman yang dihadapi. Disamping itu juga mempertimbangkan track record dari Alutsista yang dibeli atau dengan istilah pengalaman perang dari negara yang menggunakan. Sebagai contoh Negara Brazil dalam penggunaan Roketnya guna melaksanakan pertahanan dan Negara Perancis dalam penggunaan meriam kaliber 155 mm GS di Lebanon guna melindungi pasukan manuver dan menetralisir serangan roket Katyusha.
Kedua, perimbangan Alutsista di kawasan. Kondisi persenjataan dan postur kekuatan militer negara tetangga yang ada di kawasan seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Tiongkok dan Australia, memiliki kemampuan Alutsista dari jenis meriam kaliber ringan sampai dengan berat bahkan memiliki roket maupun rudal. Dalam hal ini modernisasi Alutsista Armed perlu mempertimbangkan kondisi Alutsista negara kawasan baik dari segi kualitas, kemampuan, jarak capai maupun teknologi. Penambahan Alutsista Armed jenis Roket akan memberikan daya tangkal di kawasan, karena memiliki daya hancur dan jarak tembak hingga 300 km.
Ketiga, penataan gelar Satuan Armed. Penataan gelar dihadapkan dengan kondisi ancaman dan kondisi geografi s dimana penataan gelar Satuan Armed saat ini masih belum merata. Gelar Satuan Armed perlu penataan kembali agar mampu melaksanakan tugas dengan optimal, mampu memberikan bantuan secepat mungkin dan diharapkan mampu memberikan deterrent effect kepada negara tetangga, maka gelar Satuan Armed sebagai berikut:
1) gelar Satuan Armed terpusat. Gelar Satuan Armed secara terpusat ini dibawah komando Kostrad yang memiliki jenis kaliber varian setingkat Batalyon yaitu kaliber 76 mm/105 mm, kaliber 155 mm GS dan Roket.
2) Gelar Satuan Armed tersebar. Penataan gelar Satuan Armed tersebar di Kotama memiliki kaliber campuran/komposit yaitu kaliber 105 mm dan 155 mm sehingga perlu adanya validasi dan pembentukan satuan Armed baru.
3) Gelar Satuan Armed di daerah rawan dan pulau terluar. Penataan gelar disini lebih baik menggunakan Alutsista Armed yang mempunyai jarak capai jauh, daya hancur dan mobilitas tinggi, seperti jenis Roket.
armed-2
Keempat, pengoperasionalan Alutsista. Dalam pengoperasionalan Satuan Armed harus disesuaikan dengan ancaman/sasaran dan tuntutan tugas yang dihadapi. Pelibatan dalam membantu satuan manuver, Satuan Armed tidak hanya dioperasionalkan mulai tingkat Resimen sampai dengan Baterai namun dapat dioperasionalkan setingkat seksi bahkan 1 pucuk dapat dioperasionalkan dengan tetap berpedoman kesisteman persenjataan Armed tergantung dari tugas yang dihadapi. Dihadapkan dengan trend perang saat ini bahwa musuh yang dihadapi bukan saja dalam jumlah yang besar namun bisa kelompok kecil yang mempunyai nilai strategis. Pengoperasionalan Satbak terkecil lebih efektif dalam melaksanakan operasi tersebut.  Di sisi lain dalam pengoperasionalan Satuan Armed dikelompokkan menjadi empat sebagai berikut:
1) Meriam ringan adalah meriam yang memiliki kaliber 76 dan 105 mm.
2) Meriam sedang merupakan meriam yang memiliki kaliber 155 mm.
3) Meriam berat merupakan meriam yang memiliki kaliber 210 mm.
4) Roket merupakan meriam yang menggunakan roket.

Kelima, pembangunan teknologi Alutsista. Peningkatan pembangunan Alutista ini dapat dilaksanakan melalui kerjasama Militer-sipil dalam penelitian dan pengembangan teknologi Alutsista Armed dengan melibatkan kalangan akademisi dan kalangan Industri pertahanan untuk dapat bekerjasama dengan TNI AD. Peningkatan kerja sama tersebut dalam modernisasi Alutsista Armed berupa: Pengalih GPS, Hologram stelling tipuan, modifi kasi meriam di atas kendaraan khususnya meriam 76 mm, rancang bangun alat pengendali tembakan dan alat peninjau multirotor.
PENUTUP
Pembangunan kekuatan pertahanan oleh TNI AD mutlak harus dilaksanakan agar mampu melaksanakan tugas pokok yang diembannya. Dalam realisasinya pembangunan tersebut termasuk di dalamnya modernisasi Alutsista Armed diarahkan guna tercapainya kekuatan pokok MEF dan mampu menjamin kepentingan strategis bangsa. Dengan demikian modernisasi Alutsista Armed yang dilakukan nantinya mampu menjawab tuntutan tugas dan mampu melindungi seluruh wilayah Indonesia terutama daerah perbatasan/pulau-pulau terluar dalam mewujudkan kekuatan pertahanan matra darat yang andal.

brigjen-yudi-s
Penulis : Brigjen TNI Yudi Satriyono, S.H

Sabtu, 26 November 2016

Pengintai Udara & Pembunuh Tank, Helikopter Serang AH-64 Apache TNI AD

apache
Berdasarkan pertimbangan yang matang, TNI AD dalam program modernisasi persenjataannya memilih membeli helikopter serang Apache yang dioperasikan oleh Satuan Penerbangan Angkatan Darat. Melalui mekanisme FMS (Foreign Military Sale), Pemerintah Amerika Serikat dan Republik Indoneisa mengadakan perjanjian kerja sama pembelian helikopter Apache varian terbaru (AH-64E Longbow) yang dijadwalkan tiba pada awal 2017.
Pada suatu malam yang gelap pekat di padang gurun Irak, satu kompi helikopter serang dari Batalyon Penerbangan 3-1 terbang melintasi Brigade Kavaleri 1-1 tanpa lampu sama sekali. Mereka dapat melihat tank Bradley dengan jelas melalui kamera FLIR (Forward Looking Infra-red). Komandan Kompi Helikopter Serang yang melintas memastikan tidak ada pasukan kawan di depan mereka. Beberapa saat kemudian, mereka mendeteksi sejumlah titik panas pada kamera FLIR yang berada beberapa kilometer di depan formasi tank Bradley dari Brigade 1-1 tersebut.
Komandan Kompi Helikopter Serang segera memerintahkan kompinya mengambil posisi bertempur dengan terbang hover 50 kaki di atas permukaan tanah dengan separasi antar helikopter 100 – 150 meter. Mereka kemudian menembaki sasaran yang tidak terlihat oleh mata telanjang yang berada lebih dari 5 km di depan mereka. Setelah 45 menit menembaki sasaran, Kompi tersebut kembali ke titik bekal ulang depan (FARP = Forward Arming and Refueling Point) dan digantikan oleh Kompi C 3-1. di pihak musuh, mereka masih tidak menyadari apa yang menembaki dan menyebabkan kerusakan pada kendaraan tempur dan tank mereka. Aksi ini berlanjut sampai dengan pukul tiga pagi.
Serangan ini dapat melindungi Brigade Kavaleri 1-1 dan menyebabkan kehancuran Brigade Tank (T-72) Divisi Adnan dari Garda Republik Irak dalam satu malam. Hal ini pertama kalinya satu brigade dihancurkan dengan mengerahkan hanya unsur Helikopter Serang. Tetapi bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Helikopter Serang jenis apakah yang digunakan ?.
Batalyon Penerbangan 3-1 merupakan satuan yang dilengkapi dengan alutsista helikopter serang jenis AH-64 Apache. Helikopter serang Apache ini dilengkapi dengan berbagai teknologi sistem senjata yang modern sehingga dapat mengidentifi kasi musuh (terutama tank) pada jarak yang jauh tanpa terdeteksi oleh musuh.
Persenjataan dan peluru kendali yang diusungnya pun memiliki daya jangkau yang jauh melebihi daya jangkau tembakan tank musuh (T72). Berdasarkan pertimbangan yang matang, TNI AD dalam program modernisasi persenjataannya memilih untuk membeli helikopter serang Apache untuk di operasikan oleh Satuan Penerbangan Angkatan Darat. Melalui mekanisme FMS (Foreign Military Sale), Pe merintah Amerika Serikat dan Republik Indonesia mengadakan perjanjian kerjasama pembelian helikopter Apache varian terbaru (AH-64E Longbow) yang di jadwalkan tiba pada awal 2017.
Tulisan ini akan mengupas fitur andalan helikopter serang Apache serta aplikasinya dalam taktik bertempur TNI AD.
FITUR ANDALAN HELIKOPTER SERANG APACHE
Helikopter Serang adalah helikopter yang dirancang dan dibuat secara khusus serta dilengkapi dengan sistem persenjataan sehingga mampu menyerang, mengikat dan menghancurkan musuh atau sasaran di darat. Helikopter AH-64E Apache adalah helikopter yang berfungsi sepenuhnya sebagai Helikopter Serang (Attack Helicopter), dengan kemampuan sesuai peruntukannya.
Helikopter ini memiliki daya angkut yang besar untuk mengusung berbagai macam persenjataan dengan teknologi mutakhir. Persenjataan yang mampu diusungnya yaitu Kanon M230, Roket Hydra 70 (FFAR), peluru kendali AGM-114 Hellfire, AIM-92 Stinger dan AIM-9 Sidewinder. Selain itu, Helikopter Apache telah menggunakan teknologi Avionics yang termutakhir seperti Radar Longbow dan MTADS.
Peralatan MTADS helikopter Apache (photo : suwalls)
Peralatan MTADS helikopter Apache (photo : suwalls)
1. Radar Longbow
Radar Longbow adalah sistem radar yang dipasang di atas baling-baling utama helikopter Apache yang terdiri dari perangkat AN/APG-78 Fire Control Radar (Radar Kendali Tembak) dan AN/APR-48 Radar Frequency Inferometer (Radar Identifi kasi Frekuensi). Kedua perangkat tersebut akan memberikan masukan bagi sistem MTADS dalam memberikan informasi tentang sasaran dan pasukan kawan. Selain itu, perangkat ini dilengkapi dengan pendeteksi infra merah dari sumber luar untuk menghindari ancaman tembakan rudal darat-udara dan udara-udara. Kemampuan deteksi radar ini dapat mencapai 10 km pada kondisi yang cerah. Radar akan mendeteksi pesawat terbang, helikopter, senjata Arhanud, rudal darat-udara, tank, AFV, truk, dan kendaraan lainnya.
2. MTADS atau Multi-Target Acquisition and Designation System
adalah bagian dari sistem senjata yang bertugas mencari dan mengenali sasaran serta memberikan informasi untuk pilot di kokpit. Selanjutnya sistem tersebut akan menentukan sasaran yang paling berbahaya atau yang mengancam helikopter untuk ditembak terlebih dahulu. Sistem ini dapat memberikan informasi sampai dengan 20 target yang ditampilkan pada layar multi-fungsi di kokpit. Sistem ini sangat membantu pilot dalam mendeteksi ancaman serta mengurangi beban kerja di kokpit. Informasi yang diperoleh oleh helikopter yang dilengkapi dengan radar longbow dan MTADS ini dapat juga disebarkan kepada pasukan kawan (tank, infanteri, artileri, posko) secara instan.
Helm pilot AH-64E Guardian (photo : PEO)
Helm pilot AH-64E Guardian (photo : PEO)
3. AGM-114 Hellfire
adalah peluru kendali yang bekerja berdasarkan homing laser semi aktif. Hellfire didesain untuk menghancurkan sasaran bergerak seperti tank dan ranpur infanteri (IFV). Rudal ini dapat menghancurkan sasaran yang terletak sampai dengan 8 kilometer dari helikopter. Dengan demikian rudal ini memberikan tingkat perlindungan yang tinggi bagi helikopter serang yang terbang mendekati sasaran.

4. FLIR atau Forward Looking Infrared
yaitu perangkat elektrooptik yang dapat melihat objek pada kondisi gelap dengan menggunakan kemampuan pendeteksi infra merah. Kamera tersebut mampu melihat jauh dengan jelas serta memberikan informasi tentang objek yang dilihat berupa arah dan jarak, kecepatan bergerak, serta koordinat. Dengan demikian, praktis tidak ada yang tersembunyi dari kemampuan deteksi helikopter Apache ini.
5. Senapan mesin yang dikendalikan dari helm pilot
Helm yang dipakai pilot telah didesain sedemikian rupa sehingga pergerakan kepala pilot akan serta merta diikuti oleh moncong laras senapan mesin M230 kaliber 30 mm. Dengan demikian tanpa mengubah arah helikopter, pilot dapat menembaki sasaran yang dilihatnya secara cepat. Kemampuan ini tidak dimiliki oleh helikopter serang manapun di dunia.
Angkatan Bersenjata dari berbagai negara telah menggunakan helikopter Apache sebagai unsur helikopter serang mereka karena berbagai fitur andalan di atas serta kiprahnya dalam pertempuran di Afganistan, Irak, dan Kosovo. Negara-negara pengguna antara lain United States Army, Israel Air Force, Royal Netherlands Air Force, Japan Ground SelfDefense Force, Yunani, Kuwait, Arab Saudi, Singapura, Uni Emirat Arab, Mesir dan AD Inggris.
Helikopter Apache melepaskan flare untuk mengecoh rudal (photo : wall-pix)
Helikopter Apache melepaskan flare untuk mengecoh rudal (photo : wall-pix)
PERANAN DALAM TAKTIK BERTEMPUR
Penerbangan Angkatan Darat, selaku operator helikopter Apache, memiliki fungsi Manuver Mobil Udara, Bantuan Tembakan Penerbad, Pengintaian Udara, Dukungan Kodal, dan Angkutan Udara lainnya. Dengan dimilikinya helikopter Apache, maka fungsi Manuver Mobil Udara, Bantuan Tembakan Penerbad, Pengintaian Udara, dan Dukungan Kodal Pertempuran meningkat secara signifikan. Helikopter serang dengan sistem senjatanya merupakan unsur yang efektif dalam meningkatkan keberhasilan operasi darat.
Manuver Mobil Udara
Peran helikopter serang dalam manuver mobil udara adalah sebagai unsur kawal Mobud dan pelindung. Sebagai kawal Mobud, helikopter Apache akan memberikan tingkat kewaspadaan situasi yang lebih tinggi karena bantuan radar Longbow dan MTADS yang dimiikinya. Helikopter Apache dapat mendeteksi pergerakan musuh terutama ancaman senjata Hanud dan Ranpur/Rantis musuh lebih awal.
Saat meninggalkan Titik Sebar (TS) dan menembaki sasaran untuk pendaratan unsur Helikopter Serbu, Helikopter Apache dapat melihat dan mendeteksi perubahan situasi di sasaran dan merespon lebih cepat karena teknologi dan MTADS tersebut. Helikopter Serang tidak perlu lagi terbang berputar untuk mendeteksi musuh secara visual melainkan melalui FLIR yang terpasang. Disaat yang bersamaan, informasi tersebut disebar melalui jaring komunikasi data ke Dansatgas Mobud serta Posko Utama.
Bantuan Tembakan Penerbad
Bantuan tembakan Penerbad yang terkoordinir di Puskorbantem akan lebih meningkat dari sisi pengenalan sasaran dan penunjukan sasaran. Melalu teknologi Laser Range Finder yang terintegrasi dalam FLIR, helikopter Apache dapat menunjukkan sasaran yang perlu ditembak oleh Satuan Artileri. Selain itu, pasukan darat dapat menunjukkan sasaran dengan perangkat laser yang dimilikinya yang selanjutnya ditembak dari helikopter. Dengan demikian, prinsip bantuan tembakan yaitu “cepat” dan “tepat” dapat tercapai dengan pelibatan helikopter Apache di sistem bantuan tembakan terkoordinir.
Kanon 30mm helikopter Apache (photo : falken1)
Kanon 30mm helikopter Apache (photo : falken1)
Pengintaian Udara
Fungsi pengintaian udara yang selama ini mengandalkan kemampuan visual dan optik terbatas akan meningkat secara signifikan dengan penggunaan helikopter Apache. Helikopter Apache yang dilengkapi dengan FLIR dan Longbow dapat dengan segera mengirimkan data tentang CUMEMU kepada Posko Utama guna menyempurnakan rencana operasi. Sebelumnya, seluruh data baru akan diolah jika helikopter pengintai telah kembali dan menyerahkan informasi yang didapat. Selain itu, seringkali operasi menjadi gagal karena pengintaian dilaksanakan dengan terbang ke atas atau mendekati sasaran agar dapat terlihat. Dengan menggunakan teknologi FLIR, maka helikopter tidak perlu terbang dekat sasaran karena dari jarak 10 km sasaran sudah dapat terlihat jelas.
Dukungan Kodal
Teknologi MTADS dan FLIR yang terintegrasi serta komunikasi data dengan Pos Komando meningkatkan dukungan Kodal bagi pasukan darat. Informasi tentang musuh yang secara riil ditangkap oleh sensor helikopter Apache akan berguna untuk keputusan yang diambil oleh Komandan satuan yang memerlukan.
Pengembangan Taktik Bertempur. Peran helikopter serang yang tidak bisa diabaikan seperti yang diceritakan dalam pendahuluan tulisan ini membuka cara berpikir kita tentang taktik kerja sama tank dan Penerbad. Dalam konteks perang terkini, helikopter serang merupakan pembunuh tank yang efektif. Pergerakan Batalyon atau Kompi Tank Tempur Utama dan Infanteri Mekanis, sebaiknya selalu bersama dengan unsur Helikopter Serang. Helikopter Serang yang dilengkapi dengan FLIR akan mendeteksi musuh lebih dini sehingga Komandan dapat segera mengambil keputusan yang tepat.
Manuver helikopter AH-64 Apache (photo : protossw)
Manuver helikopter AH-64 Apache (photo : protossw)
Saat ini, Doktrin Penerbad belum memasukkan Penerbad sebagai pasukan pengaman. Dengan semakin bertambahnya unsur Helikopter Serang yang dilengkapi dengan sistem senjata termutakhirnya, maka fungsi Penerbad dapat berkembang menjadi unsur manuver darat dan pengaman (security force). Penerbad dengan kemampuan helikopter serangnya bukan hanya sebagai unsur bantuan tembakan, akan tetapi dapat berperan sebagai unsur pengaman yang dapat menembak arah langsung jika musuh terlihat.
PENUTUP
Helikopter AH-64E Apache yang akan segera dioperasikan oleh Penerbangan Angkatan Darat merupakan suatu force multiplier bagi TNI AD. Alutsista yang pada teknologi tersebut akan memaksa satuan Penerbad khususnya dan TNI AD secara keseluruhan untuk lebih maju dan berubah ke arah yang lebih baik.
Walaupun ada kelemahan dalam sistem pemeliharaan helikopter Apache ini, akan tetapi secara operaisional helikopter tersebut akan memberikan dampak yang lebih positif.
Penulis : Brigjen TNI Benny Susianto, S.I.P., Pangdivif-2 Kostrad, materi ini ditulis saat menjabat Danpuspenerbad TNI AD
brigjen-benny-susianto

Sumber : Jurnal Yudhagama