LATAR BELAKANG
Pembangunan kekuatan TNI AD dilaksanakan atas dasar konsep pertahanan berbasis ke mampuan (based defence capabilities), kekuatan dan gelar satuan dengan mengutamakan kemampuan melaksanakan tugas pokoknya dalam menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah darat dan menyelamatkan segenap Bangsa Indonesia. Pembangunan kekuatan tersebut diarahkan untuk tercapainya kekuatan pokok Minimum Essential Force (MEF), terhadap ancaman yang timbul dan tuntutan tugas pokok dengan sasaran tingkat kekuatan yang mampu menjamin kepentingan strategis pertahanan aspek darat.
Fokus tercapainya MEF dengan menitikberatkan pem bangunan dan modernisasi Alutsista beserta teknologinya dalam menghadapi ancaman aktual di beberapa flash point. Diantaranya, permasalahan perbatasan wilayah negara, terorisme, separatisme, pengelolaan pulau terluar serta keinginan negara lain dalam penguasaan sumber energi Indonesia. Kesuksesan pembangunan kekuatan pada Renstra II (2015 – 2019) akan membuat postur pertahanan Indonesia mandiri setara dengan negara lain dan semakin berwibawa.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh TNI AD guna tercapainya kemampuan tersebut adalah dengan memodernisasi Alutsista termasuk didalamnya Satuan Armed. Memperhatikan kondisi Alutsista yang dimiliki Satuan Armed saat ini dalam menjawab tuntutan tugas pokok memerlukan sentuhan teknologi modern dalam rangka memodernisasikan dan gelar satuan dengan pembentukan satuan baru khususnya di wilayah perbatasan darat dengan negara tetangga, daerah rawan konflik dan pulau-pulau terluar. Kehadiran Satuan Armed dengan Alutsista yang modern tentunya akan mampu mendukung semua operasi yang dilakukan oleh TNI AD dan juga memberikan deterrent effect.
POKOK MASALAH
Pertama, trend perkembangan perang.
Sifat dan karakeristik perang saat ini telah bergeser seiring dengan perkembangan teknologi, perebutan sumber energi dan tuntutan kepentingan kelompok tertentu telah menciptakan perang dengan berbagai modus operasi, diantaranya perang Asimetris, perang Hibrida dan perang Proxy.
Perang Asimetris sering di sebut sebagai perang ge nerasi keempat yang diilhami dari per juangan geril ya wan dengan menggunakan taktik teror, karena ketidakmampuannya menghadapi persenjataan yang lebih canggih. Contoh perebutan hegemoni di Timur Tengah.
Perang Hibrida merupakan perang yang menggabungkan teknik perang konvensional, perang Asimetris dan perang informasi untuk mendapatkan kemenangan atas pihak lawan. Perang ini juga menjadi sebuah strategi militer yang memadukan antara perang konvensional, perang tidak teratur dan ancaman Cyber Warfare baik berupa serangan nuklir, senjata kimia, alat peledak improvisasi dan perang informasi.
Perang Proxy merupakan sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung dengan alasan untuk mengurangi resiko konfl ik langsung pada kehancuran fatal.
Kedua, kondisi geografi s dan gelar Satuan Armed
Pelaksanaan modernisasi Alutsista juga di pengaruhi oleh:
1. Kondisi geografis.
Bila memperhatikan kondisi geografi s Indonesia yang meliputi 17.504 pulau dan 10 perbatasan dengan negara lain (7 perbatasan laut dan 3 perbatasan daratan), maka hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap stabilitas keamanan negara. Belum lagi letak Indonesia berada pada posisi strategis dan jalur perekonomian/perdagangan antar negara, akan membutuhkan keberadaan satuan satuan pengamanan yang lebih besar dalam melindungi kepentingan negara.
2. Gelar Satuan Armed.
Kondisi gelar Satuan Armed dinilai belum ideal dalam mendukung kemampuan kesiapan operasional dan kesiapsiagaan yang optimal dihadapkan pada dislokasi Satuan Armed saat ini. Hal tersebut dilihat dari dislokasi Satuan Armed apabila dikelompokkan dalam tiga wilayah Indonesia, gelar Satuan Armed saat ini masih belum merata tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sebagian besar terpusat di wilayah Indonesia bagian barat, kemudian wilayah tengah dan di wilayah timur belum tergelar Satuan Armed.
Ketiga, kemampuan Alutsista Armed saat ini
Kemampuan Alutsista yang dimiliki Satuan Armed cukup memadai dalam memberikan bantuan tembakan. Kondisi Alutsista yang dimiliki masih menggunakan sistem manual dan membutuhkan sentuhan teknologi persenjataan yang ada, seperti peningkatan jarak capai meriam, peningkatan kecepatan penembakan, peningkatan akurasi penembakan, peningkatan daya hancur sasaran dan mobilitasnya. Bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga, Alutsista Satuan Armed perlu dimodernisasi dan pengadaan senjata yang memiliki seperti kemampuan di atas. Persenjataan Satuan Armed masih menggunakan meriam kaliber ringan seperti meriam 76 mm/Gun dan meriam 105 mm/ Tarik dan meriam 105 mm/GS.
Keempat, perkembangan Alutsista negara tetangga
Perkembangan teknologi persenjataan di kawasan regional serta menguatnya kemampuan militer negara tetangga yang secara signifikan melebihi kemampuan pertahanan militer Negara Indonesia telah melemahkan posisi tawar dalam ajang diplomasi internasional. Sebagai perbandingan, kekuatan Alutsista Armed negara-negara tetangga antara lain:
Malaysia. Satuan Armed Negara Malaysia menggunakan meriam kaliber 105 dan 155 mm, diantaranya: 130 pucuk meriam 105 mm M-56 Pack, 32 pucuk meriam 155 mm sebagai Bantem taktis. Sedangkan kekuatan Bantem strategis Tentara Diraja Malaysia berupa Roket Astros II 18 pucuk dengan jarak capai lebih dari 200 km.
Singapura. Satuan Armed Negara Singapura dilengkapi dengan Bantem taktis berupa meriam kaliber 105 mm 37 pucuk dan 160 pucuk meriam 155 mm dengan berbagai jenis. Sedangkan Bantem strategisnya berupa 18 unit MLRS M142 (HIMARS) kaliber 227 mm yang dilengkapi 32 unit XM31 Unitary HE GMLRS Pod dengan kemampuan jarak capai maksimal 70.000 meter dan daya hancur massal di atas radius 10.000 m².
Thailand. Satuan Armed Negara Thailand menggunakan meriam kaliber 105 mm 321 pucuk dengan berbagai jenis meriam, 15 pucuk kaliber 130 mm dan 211 pucuk kaliber 155 mm dengan berbagai jenis serta MRL 130 mm sebagai Bantem taktisnya. Saat ini, sedang mengembangkan MBRL (Multi Barel Rocket Launchers) DTI- 1.
Australia. Australia menggunakan meriam kaliber 105 mm 234 pucuk berbagai jenis dan 36 pucuk meriam 155 mm M-198. Saat ini, menggelar sistem pertahanan peluru kendali di Pine Gap meliputi rudal Joint Air to Surface Stand off Missile (JASSM) dengan jarak capai 400 km mampu menembak ke wilayah Indonesia, Rudal jelajah jenis KEPD dengan jarak capai 350 km dan Rudal anti kapal selam SLAM-ER dengan jarak capai 250 km sebagai Bantem strategisnya.
Tiongkok. Negara ini menggunakan meriam GUN 120 mm 200 pucuk berbagai jenis, 14.000 pucuk yang terdiri dari meriam Towed berbagai jenis dan tipe. Self Propelled 1200 pucuk dengan berbagai jenis dan tipe sebagai Bantem taktis. Sedangkan Bantem strategis menggunakan Rudal Balistik DF-5A Nuklir 260 pucuk, MLRS 2.400 pucuk dan Artileri mobile 6.246 pucuk.
ANALISA MASALAH
Dari uraian pokok masalah di atas, konsep memodernisasi Alutsista Satuan Armed dalam mewujudkan pembangunan kekuatan pertahanan yang andal harus dibangun secara profesional dalam bidangnya. Menurut TB Silalahi bahwa militer profesional adalah well organized, well managed, well equiped well paid (diorganisir, diatur, dilengkapi dan dibiayai dengan baik) sehingga terbentuknya prajurit Armed yang profesional, efektif, efisien dan modern. Sebagai jati diri TNI untuk menjadi tentara profesional harus dilengkapi dengan peralatan militer secara baik. Demikian pula dengan Korps Armed sebagai salah satu kecabangan TNI AD, agar dapat melaksanakan tugas pokoknya dengan optimal serta diharapkan dapat memberikan deterrent effect kepada negara lain maka Satuan Armed juga perlu memodernisasi Alutsistanya.
Dengan tetap mengacu kepada trend perkembangan perang, kondisi geografi s dan gelar Satuan Armed, kemampuan Alutsista Armed saat ini dan perkembangan Alutsista negara tetangga, maka dimungkinkan modernisasi yang dilakukan mampu mendukung kelancaran tuntutan tugas pokok. Disisi lain, dapat menjadikan sebuah power/kekuatan bagi Indonesia dalam hal ini TNI AD dalam menjaga “stabilitas keamanan” di kawasan.
Berkaitan dengan latar belakang dan pokok masalah di atas, perlu adanya pembahasan rumusan permasalahan untuk melaksanakan modernisasi Alutsista Armed guna mewujudkan pembangunan kekuatan pertahanan matra darat yang andal yaitu: bagaimana pengadaan Alutsista skala prioritas?, bagaimana perimbangan Alutsista sendiri dihadapkan dengan perkembangan Alutsista negara tetangga?, bagaimana penataan gelar serta operasionalnya dihadapkan dengan kondisi ancaman?, dan bagaimana peningkatan pembangunan teknologi Alutsista Armed.
PERTIMBANGAN MODERNISASI ALUTSISTA ARMED
Teknologi Alutsista Armed diarahkan untuk mempermudah, mempercepat dan menambah akurasi pemberian bantuan tembakan terhadap berbagai bentuk dan kekuatan sasaran. Selaras dengan hal tersebut, maka pembangunan Satuan Armed yang modern harus memenuhi kriteria pertimbangan sebagai berikut:
Pertama, peningkatan kemampuan jarak capai meriam (extended range). Faktor kemampuan jarak capai merupakan faktor utama dalam penentuan kemampuan meriam Armed. Semakin jauh jarak capainya, maka akan semakin tinggi nilai kemampuan meriam tersebut.
Kedua, peningkatan akurasi (high precision). Tujuannya untuk meminimalisasi kerugian non tempur (collateral damage) dengan Alutsista meriam yang memiliki CEP (Circular Error Probability) kecil.
Ketiga, peningkatan persentase daya hancur terhadap sasaran dengan berbagai jenis dan karakteristik proyektil. Persentase daya hancur yang tinggi berpengaruh besar terhadap efektivitas penggunaan sarana Bantem.
Keempat, peningkatan mobilitas deployment memudahkan dalam kegiatan taktis, operasional maupun strategis (tactical, operational and strategic mobility). Dengan daya gerak yang tinggi maka pelaksanaan taktik hit and run yang memungkinkan satuan-satuan Armed menembak dengan cepat dan berpindah kedudukan untuk menghindari counter attack musuh.
Kelima, peningkatan interoperability Alutsista Armed dengan satuan manuver lainnya. Interoperabilitas antar kecabangan dan angkatan mempengaruhi jalannya pertempuran.
Keenam, berkembangnya dimensi peperangan menuntut semua persenjataan dapat beradaptasi dengan medan pertempuran yang mungkin akan dihadapi. Dapatnya pelibatan dan penggunaan Alutsista Armed untuk pertempuran di wilayah pemukiman/perkotaan (urban) maupun pertempuran jarak dekat seperti Operasi Lawan Insurjensi maupun pertempuran kota.
MODERNISASI ALUTSISTA ARMED YANG DIHARAPKAN
Satuan Armed diharapkan memiliki kapasitas untuk melaksanakan tugas secara optimal dengan didukung Alutsista yang berkemampuan teknologi persenjataan saat ini, sehingga mampu dioperasionalkan untuk segala medan di Indonesia maupun medan tugas dibawah naungan bendera PBB. Diantaranya:
PERTAMA, MODERNISASI ALAT UTAMA
Modernisasi alat utama diharapkan mampu menjawab ancaman kedepan dan menjamin perimbangan di kawasan. Alat utama Armed tersebut adalah:
1. Teknologi Multiple Launcher Rocket System (MLRS). Merupakan tipe peluncur rudal/roket yang berbentuk Ranpur dengan jumlah laras yang banyak dan kaliber yang beragam, mudah mobilisasi dan dapat menembakkan roket bersamaan sehingga dampak kehancuran (Lethal impact) lebih besar. Dapat menembak secara independen (tidak tergantung sistem Armed pada peninjau-Pibak-pucuk) serta mampu bergerak dan menentukan posisi tidak tergantung pada tim Pengukuran medan (Kurmed). Melalui teknologi ini dengan memiliki daya jangkau yang jauh serta daya hancur yang begitu dahsyat membuat MLRS begitu spesial dikarenakan setiap roketnya terisi Improve Submunition yang mampu menghancurkan daerah seluas sampai dengan 5,2 Ha dengan waktu yang cukup singkat.
2. Teknologi meriam Armed GS (Self Propelled Artillery). Teknologi meriam GS dengan roda ban yang cepat dalam perpindahan dan mampu melayani permintaan tembakan ketika bergerak serta memiliki adaptabilitas terhadap cuaca dan medan geografi s Indonesia. Meriam dengan teknologi modern ini memiliki jarak capai tembakan sampai dengan 40 km.
3. Light Gun teknologi. Memiliki bobot ringan dan berteknologi tinggi sehingga dapat diangkut mengunakan helikopter dan pesawat udara untuk mendukung Operasi Mobud dan Operasi Linud.
KEDUA, MODERNISASI SISTEM SENJATA
Suatu sistem senjata yang mendukung alat utama yaitu meriam menjadi suatu sistem yang tidak bisa dipisahkan. Modernisasi unsur sistem senjata diharapkan dapat memenuhi tuntutan tugas dan perkembangan jaman serta prediksi ancaman kedepan adalah:
1. Pencari dan penemu sasaran. Modernisasi alat peninjauan sudah selayaknya menyertai penggantian meriam. Penggunaan teknologi LRF, GPS dan UAV sehingga memperoleh data-data tentang sasaran secara akurat meliputi disposisi, komposisi dan kekuatan serta kegiatan.
2. Pengendalian dan pengorganisasian tembakan. Perubahan terhadap proses pengendalian dan pengorganisasian tembakan, yang meliputi:
a. Pusat pimpinan penembakan (Puspibak). Puspibak sebagai otak dalam proses penem bakan mampu mengolah data menjadi data siap tembak dengan cepat dan akurat.
b. Koordinasi bantuan tembakan (Korbantem). Dalam Badan Korbantem, seluruh unsur yang ada baik antar kecabangan maupun antar angkatan memiliki kesamaan terminologi dalam menentukan data tembak untuk mempermudah dan mempercepat proses dalam pengolahan data tembak.
c. Pengukuran medan (Kurmed) dilengkapi dengan peralatan yang modern berupa GPS yang menggunakan satelit sendiri sehingga akurasi dan kerahasiaan akan lebih terjamin.
d. Meteorologi. Sistem observasi menggunakan radiosonde/radiowind dan pilot balon. Dilengkapi dengan radar cuaca (weather radars) untuk mendapatkan data meteorologi di permukaan dan sipnotik udara atas yang lebih detail untuk mendukung informasi dalam skala dan waktu sesuai yang dibutuhkan dalam pertempuran.
e. Komunikasi. Alkom memiliki kemampuan enscripted radio communication dan networking communication agar dapat bertahan dari perang elektronika yang dilancarkan musuh dan memperlancar komando dan pengendalian unsurunsur penembakan.
f. Angkutan. Memiliki teknologi meriam Armed GS (Self Propelled Artillery) dan Teknologi High-Mobility Artillery Rocket System (HIMARS).
g. Logistik. Memiliki sistem logistik yang responsif, kesederhanaan, fleksibilitas, ekonomis, daya dukung dan ketahanan logistik.
h. Munisi. Memiliki daya hancur lebih luas, jarak capai lebih jauh serta ketepatan yang akurat.
i. Organisasi. Memiliki persyaratan organisasi yang modern berbasis kemampuan/kapabilitas, memiliki kecepatan dalam pelaksanaan tugas, profesional, fleksibel serta ramping.
j. Taktik. Taktik Armed harus menjamin selalu tersedianya bantuan tembakan yang responsif dan efektif bagi satuan manuver.
LANGKAH-LANGKAH MODERNISASI ALUTSISTA ARMED
Modernisasi Alutsista Armed saat ini sangat mendesak dihadapkan ancaman dan kondisi geografi s agar Satuan Armed mampu mendukung optimal semua operasi yang dilakukan oleh TNI AD sebagai upaya mewujudkan kekuatan pertahanan negara. Langkahlangkah modernisasi Alutsista Satuan Armed yang harus dilakukan, sebagai berikut:
Pertama, pengadaan Alutsista. Keberadaan Satgas pengamanan perbatasan belum mampu mengamankan seluruh wilayah Indonesia sehingga perlu pengadaan Alutsista Satuan Armed yang ditempatkan di daerah flash point. Dengan demikian pengadaan Alutsista Armed dengan mempertimbangkan sebagai berikut;
1) Pengadaan Alutsista skala prioritas. Dihadapkan kondisi anggaran pertahanan yang terbatas maka pengadaan Alutsista menggunakan skala prioritas di daerah rawan/ perbatasan dikaitkan dengan kemungkinan ancaman dan kondisi geografi s Indonesia sehingga efektif dan efi sien memberikan daya tangkal.
2) Mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Pengadaan Alutsista Armed hendaknya dengan mempertimbangkan kondisi geografi s wilayah Indonesia dan kemungkinan ancaman yang dihadapi. Disamping itu juga mempertimbangkan track record dari Alutsista yang dibeli atau dengan istilah pengalaman perang dari negara yang menggunakan. Sebagai contoh Negara Brazil dalam penggunaan Roketnya guna melaksanakan pertahanan dan Negara Perancis dalam penggunaan meriam kaliber 155 mm GS di Lebanon guna melindungi pasukan manuver dan menetralisir serangan roket Katyusha.
Kedua, perimbangan Alutsista di kawasan. Kondisi persenjataan dan postur kekuatan militer negara tetangga yang ada di kawasan seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Tiongkok dan Australia, memiliki kemampuan Alutsista dari jenis meriam kaliber ringan sampai dengan berat bahkan memiliki roket maupun rudal. Dalam hal ini modernisasi Alutsista Armed perlu mempertimbangkan kondisi Alutsista negara kawasan baik dari segi kualitas, kemampuan, jarak capai maupun teknologi. Penambahan Alutsista Armed jenis Roket akan memberikan daya tangkal di kawasan, karena memiliki daya hancur dan jarak tembak hingga 300 km.
Ketiga, penataan gelar Satuan Armed. Penataan gelar dihadapkan dengan kondisi ancaman dan kondisi geografi s dimana penataan gelar Satuan Armed saat ini masih belum merata. Gelar Satuan Armed perlu penataan kembali agar mampu melaksanakan tugas dengan optimal, mampu memberikan bantuan secepat mungkin dan diharapkan mampu memberikan deterrent effect kepada negara tetangga, maka gelar Satuan Armed sebagai berikut:
1) gelar Satuan Armed terpusat. Gelar Satuan Armed secara terpusat ini dibawah komando Kostrad yang memiliki jenis kaliber varian setingkat Batalyon yaitu kaliber 76 mm/105 mm, kaliber 155 mm GS dan Roket.
2) Gelar Satuan Armed tersebar. Penataan gelar Satuan Armed tersebar di Kotama memiliki kaliber campuran/komposit yaitu kaliber 105 mm dan 155 mm sehingga perlu adanya validasi dan pembentukan satuan Armed baru.
3) Gelar Satuan Armed di daerah rawan dan pulau terluar. Penataan gelar disini lebih baik menggunakan Alutsista Armed yang mempunyai jarak capai jauh, daya hancur dan mobilitas tinggi, seperti jenis Roket.
Keempat, pengoperasionalan Alutsista. Dalam pengoperasionalan Satuan Armed harus disesuaikan dengan ancaman/sasaran dan tuntutan tugas yang dihadapi. Pelibatan dalam membantu satuan manuver, Satuan Armed tidak hanya dioperasionalkan mulai tingkat Resimen sampai dengan Baterai namun dapat dioperasionalkan setingkat seksi bahkan 1 pucuk dapat dioperasionalkan dengan tetap berpedoman kesisteman persenjataan Armed tergantung dari tugas yang dihadapi. Dihadapkan dengan trend perang saat ini bahwa musuh yang dihadapi bukan saja dalam jumlah yang besar namun bisa kelompok kecil yang mempunyai nilai strategis. Pengoperasionalan Satbak terkecil lebih efektif dalam melaksanakan operasi tersebut. Di sisi lain dalam pengoperasionalan Satuan Armed dikelompokkan menjadi empat sebagai berikut:
1) Meriam ringan adalah meriam yang memiliki kaliber 76 dan 105 mm.
2) Meriam sedang merupakan meriam yang memiliki kaliber 155 mm.
3) Meriam berat merupakan meriam yang memiliki kaliber 210 mm.
4) Roket merupakan meriam yang menggunakan roket.
Kelima, pembangunan teknologi Alutsista. Peningkatan pembangunan Alutista ini dapat dilaksanakan melalui kerjasama Militer-sipil dalam penelitian dan pengembangan teknologi Alutsista Armed dengan melibatkan kalangan akademisi dan kalangan Industri pertahanan untuk dapat bekerjasama dengan TNI AD. Peningkatan kerja sama tersebut dalam modernisasi Alutsista Armed berupa: Pengalih GPS, Hologram stelling tipuan, modifi kasi meriam di atas kendaraan khususnya meriam 76 mm, rancang bangun alat pengendali tembakan dan alat peninjau multirotor.
PENUTUP
Pembangunan kekuatan pertahanan oleh TNI AD mutlak harus dilaksanakan agar mampu melaksanakan tugas pokok yang diembannya. Dalam realisasinya pembangunan tersebut termasuk di dalamnya modernisasi Alutsista Armed diarahkan guna tercapainya kekuatan pokok MEF dan mampu menjamin kepentingan strategis bangsa. Dengan demikian modernisasi Alutsista Armed yang dilakukan nantinya mampu menjawab tuntutan tugas dan mampu melindungi seluruh wilayah Indonesia terutama daerah perbatasan/pulau-pulau terluar dalam mewujudkan kekuatan pertahanan matra darat yang andal.
Penulis : Brigjen TNI Yudi Satriyono, S.H