Jelang latihan Armada Jaya 2016 pada bulan Agustus lalu, TNI AL sempat melakukan uji tembak torpedo SUT (Surface and Underwater) dari KCT (Kapal Cepat Rudal) KRI Ajak 653. Ada yang spesial dalam momen, pasalnya sebagai sasaran TNI AL menggunakan target drone bawah air. Target drone bawah air yang disebut Skipper ini boleh dibilang tidak banyak terpublikasi, padahal banyak pembaca yang bertanya-tanya tentang spek dan asal-usul sosok ‘kapal selam’ bersayap ini. Dan di tulisan ini akhirnya sosok Skipper berhasil kami bedah.Skipper resminya adalah tactical underwater drone atau bisa jugab disebut UUV (Unmanned Underwater Vehicle) yang dikembangkan oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan AL (Dislitbangal). Skipper yang dijadikan target drone pada uji tembak torpedo terbuat dari komponen material utama berupa logam. Konstruksi Skipper sejatinya bukan barang baru, melainkan berasal dari ‘alat’ penyapu ranjau yang menjadi kelengkapan kapal buru ranjau TNI AL dari era Uni Soviet. Malahan stok-nya diambil dari yang tadinya sudah berstatus monumen di kesatuan. Namun mengutip pernyataan seorang perwira Dislitbangal, bahwa stok alat penyapu ranjau ini cukup banyak tersedia.
Lantas bagaimana cara Skipper agar dapat menarik perhatian torpedo? Pada bagian bawah bodi Skipper terdapat modul yang dirancang untuk mengeluarkan bising (getaran) – noise maker –laksanana propeller sebuah kapal, sehingga dari bising tersebut perangkat sonar pada torpedo dapat memburu Skipper.Apakah Skipper dapat dikendalikan? Tentu saja bisa, navigasi Skipper ditangani oleh seorang operator yang mengendalikan lewat laptop dan joystick. Saat Skipper melaju di permukaan air, maka operator dapat mengendalikan secara remote dan real time. Namun, saat Skipper harus menyelam fungsi kendali langsung dari operator tidak berlaku. Di bawah permukaan laut, Skipper melaju dengan koordinat yang sudah di setting sebelumnya, mirip prinsip pada GPS waypointpada drone udara.
Unit kendali Skipper.
“Waktu lamanya menyelam, sampai manuver ketika di dalam air sudah ditentukan lewat setting sebelumnya. Skipper akan muncul ke permukaan juga sesuai setting, selain itu saat propeller pendorong mati, otomatis Skipper akan muncul ke permukaan,” ujar salah seorang operator Skipper saat menjelaskan kemampuan alutsista ini di Indo Defence 2016. Kedepan akan diupayakan agar Skipper dapat dikendalikan langsung saat berada di bawah permukaan air, salah satu caranya dengan menggunakan radio berfrekuensi FM.
Skipper saat menjalankan peran sebagai target drone dilengkapi depth sensor, radio beacon with flashing light, magnetic compass, dan gyro sensor. Bila nantinya stok sisa alat penyapu ranjau eks Uni Soviet habis, kedepan Skipper akan dikembangkan dengan material baru dengan bahan komposit yang lebih ringan.
Spesifikasi Skipper:– Panjang: 2,5 meter– Berat di air: 300 kg– Diameter: 300 mm– Kedalaman selam: 150 meter– Kecepatan maks: 3 knots– Baterai: Lithium ion 1.2 kWh– Endurance: 2 -3 jam
Sumber : Indo Militer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar