Senin, 21 November 2016

Panglima TNI Akui Pulau Natuna Sedang Terancam


Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menyatakan sinyal konflik berkepanjangan antar-negara di kawasan Laut Tiongkok Selatan (LTS) belum juga mereda. Jenderal Gatot mengakui konflik tersebut mengancam keutuhan dan kedaulatan Republik Indonesia. Dia menjelaskan ancaman yang paling tampak yakni, rentan lepasnya Pulau Natuna dari NKRI. Hal tersebut disebabkan karena angkatan bersenjata Tiongkok berencana kembali membangun pulau buatan dekat dengan wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia.


“Jika pulau itu ada dan Tiongkok menuntut negara lain mengakui itu adalah pulaunya, maka wilayah laut mereka akan sampai ke Natuna,” ujar Jenderal Gatot Nurmantyo saat memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat (16/11/2015). Panglima TNI menjelaskan Tiongkok sebelumnya juga telah membangun bangunan permanen di Scarborough Shoal, yakni pulau karang yang berdekatan dengan wilayah Filipina, serta pembangunan infrastruktur di Fiery Cross Reef di Kepulauan Spratly.

“Tiongkok juga telah menyatakan kedaulatan yang tidak terbantahkan atas pulau-pulau di LTS dan perairan yang berdekatan,” tegasnya. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memberikan kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Depok, (16/11/2016). Ancaman tersebut bukan lagi teori. Ancaman itu sudah ada. Seperti misalnya ditemukannya sejumlah kapal ikan asal Tiongkok yang dikawal oleh kapal penjaga pantai Tiongkok di perairan ZEE Indonesia dekat Pulau Natuna. Seperti kapal ikan Gui Bei Yu 27088 yang ditangkap perairan Natuna pada Mei lalu.

“Jangan khawatirkan kapal ikannya saja, tapi coba perhatikan kapal pengawalnya. Dengan adanya kapal pengawal, berarti Tiongkok telah mengklaim perairan itu sebagai wilayahnya,” ungkapnya. Selain itu, adanya klaim Tiongkok terhadap sebagian wilayahnya di negara Asia Tenggara berdasarkan sejarah masa lalunya, juga ikut menjadi kerisauan tersendiri bagi Indonesia dan negara-negara lain seperti Vietnam dan Myanmar. “Tiongkok bisa saja mengirim satu juta warganya untuk mengklaim tanah di Vietnam karena Tiongkok dulu punya wilayah di sana,” ujarnya. Jenderal Gatot Nurmantyo menambahkan ancaman tersebut tidak hanya diantisipasi dengan cara-cara militer, namun juga dengan mengajak masyarakat untuk menumbuhkan kembali semangat persatuan.

Sumber : JPNN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar